Mohon tunggu...
Karimah
Karimah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penulis genre Moody

Percaya Tuhan, dan zodiak kelahiran. Anak pertama yang berzodiak Aquarius, suka ngemil garlic, doyan ikan, dan warna putih.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Melawan Restu

9 Juli 2021   22:30 Diperbarui: 9 Juli 2021   23:10 463
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Melawan Restu

Karimah

Namun ternyata 

Pada akhirnya

Tak mungkin bisa kupaksa

Restunya tak berpihak

Pada kita

(Melawan restu-Mahalini)

"Kamu tahu siapa penyanyinya ?", tanya laki-laki yang sedang menyetir.

"Siapa memangnya?, lumayan enak suaranya tapi penyanyi baru ya?", jawab perempuan yang duduk disampingnya.

"Dia jebolan Indonesian Idol era Lyodra-Tiara, top 5 nya", balas laki-laki yang menuggu lampu hijau lalu lintas.

"Oh ya, judul lagunya apa?", Tanya perempuan itu lagi.

"Melawan Restu", jawab laki-laki sekaligus menekan hand rem dan metancapkan gas hampir bersamaan.

Namanya Mahardika Ali, lahir dari keluarga yang cukup berada dan memiliki pendidikan yang tinggi karena ayahnya adalah Psikolog dan ibunya merupakan seorang Pengacara. Mahardika merupakan mahasiswa S2 di Indonesia dengan jurusan yang berbeda dengan keduaorangtuanya. Mahardika memilih kuliah pada jurusan sastra Indonesia.

Mengisi waktu kosongnya dengn podcast di aplikasi myusiklyfe,dituntut menjadi pribadi yang peka akan lingkungan, open minded dan harus selalu update tentang berita terkini.  Dia menyadari di usianya yang sudah seperempat abad ini harus memiliki tujuan hidup. Menjalani rutinitas kehidupan yang hampir sama setiap hari yakni bangun tidur, sarapan pagi, memberi makan binatang peliharaannya, menonton dan mencari informasi melalui sosial media, dan menjadi teman yang asik sekaligus pendengar yang setia diantara temannya ketika sedang curhat. Disisi lain, dia juga menjadi mahasiswa yang harus  melakukan pertemuan perkuliahan yang dilakukan secara daring melalui aplikasi Zoom.

Nada handphone berbunyi. Den Anise dengan emoticon petir adalah nama yang tertera di layar telepon genggamnya yang sedang memanggil. Denise menghubungi Dika untuk menemui dirinya apabila sedang tidak ada aktivitas. Dika menyanggupi dan bertemu di Luemer Cake, toko kue kekinian yang tempatnya sangat nyaman merupakan  rekomendasi dari Denise.

Denise Anggraini, teman satu jurusan Dika yang saat ini dekat dengan Dika. Denise merupakan asisten dosen semenjak S1 karena kepintaran dan keterbukaannya dalam memahami suatu materi perkuliahan sehingga disegani oleh dosen, teman-teman, dan mahasiswanya. Hubungan mereka berjalan hampir lima tahun, mereka berdua seringkali mendiskusikan masa depan bersama. Namun, ada yang terselip pada masing-masing hati mereka yakni perbedaan kepercayaan. Dika seorang muslim sejak lahir sedangkan Denise penganut agama Hindu. Mereka adalah hamba Tuhan yang sangat taat beribadah. Ketika hari Jumat, Denise membantu mengingatkan Dika untuk sholat Jumat. Sedangkan ketika memesan makanan, Dika memperhatikan menu lauk yang ada.

"Sorry telat, gak kayak biasanya di jalan Sulawesi macet", ucap Dika setelah menemui perempuannya.

"Iya, katanya tadi ada kecelakaan gitu",  jawab Denise sembari meletakkan telepon genggam di meja.

"Oh ya, how are you?" ,Tanya Denise dengan tatapan yang dalam.

Im fine, ada apa?", Tanya Dika bingung dan penasaran.

"Aku ingin ngomong sesuatu, dan ini serius", Denise tersenyum dengan meninggalkan makna yang luas.

Semenjak itu, mereka sama-sama menyadari tujuan hubungan cintanya selama ini. Dika dan Denise sepakat memilih untuk tidak saling menghubungi dan mencoba fokus pada diri sendiri. Hari kedua dengan status baru mereka, masing-masing mengunggah kata-kata yang sedang menggambarkan keadaan mereka di sosial media.

Denise: sedang mendengarkan lagu Melawan Restu dari Mahalini dari aplikasi joox di story  instagramnya.

Selang beberapa menit dari apa yang dilakukan Denise, Dika me unggah  suatu postingan di instagram miliknya.  Beberapa temannya meramaikan di kolom komentar.

"Bro, wkwk?", komentar Fatih di kolom komentar postingan Dika

" Sama dengan sebelas, eh sebelah", canda Farel.

"Tolong tanyakan pada Tuhanmu...",  tulis Aldi

"Bolehkah aku yang bukan umatNya mencintai hambaNya",  lanjut Haidar.

"Bila memang cinta ini salah", dari akun @MuhammadSholahuddin

"Mengapa kita yang harus terjatuh" ,tanya Hasyim

"Terlalu dalam", Denise ikut menulis di kolom komentar.

Kata-kata diatas merupakan penggalan dari salah satu lagu Indonesia yang berjudul Aku yang Salah dari penyanyi Elmatu. Lagu yang menceritakan seseorang yang saling mencintai dan menyadari bahwa keimanan atau keyakinan mereka berbeda.

" Padahal lirik nya bukan gitu bro",  balas Dika di kolom komentarnya.

Disisi lain, Dika selalu menyempatkan berbicara di podcastnya. Hari ini Dika memilih melawan restu sebagai judul podcastnya.

Indah semua cerita
Yang t'lah terlewati
Dalam satu cinta
Kita yang pernah bermimpi
Jalani semua
Hanya ada kita

Namun ternyata
Pada akhirnya
Tak mungkin bisa kupaksa
Restunya tak berpihak
Pada kita

Mungkinkah aku meminta
Kisah kita selamanya
Tak terlintas dalam benakku
Bila hariku tanpamu
S'gala cara t'lah ku coba
Pertahankan cinta kita
S'lalu kutitipkan dalam doaku
Tapi ku tak mampu
Melawan restu

Menurutku, dengan banyaknya orang bilang kalau sudah di agama itu susah untuk diperjuangkan, kemungkinannya kecil untuk berhasil. Guys, aku  percaya Tuhan itu satu dan agama adalah pegangan hidup,  bagaimana kita menjadi hamba yang taat dan berlaku baik kepada hamba Tuhan lainnya. aku yakin kalau di dunia ini gak ada yang mustahil karena aku punya Tuhan dan aku percaya Tuhan. Aku percaya akan takdir Tuhan. Lagu Melawan Restu dari Mahalini ini easy listening. Buat teman-teman yang mungkin sedang dimasa mempertahankan suatu hubungan, saling memahami satu sama lain, sudah saling menerima pasangan, tapi ada restu yang belum berpihak. Bagaimana caranya mengakhiri perasaan dalam hubungan yang baik-baik saja padahal dari awal sudah salah. Aku dan kamu memang sudah tidak bersama, dan kenyataan ini nyata karena jarak ada diantara kita. Jarak yang sudah terbentang sebelum aku dan kamu diciptakan. Lagu ini memang untuk orang kuat, seberapa kuat kamu dengan Tuhanmu.

Terkadang pergi juga tak perlu pamit. Tinggal tanya pada diri sendiri mampu untuk pergi atau mampu untuk bertahan. Merinding nih. Saya Mahardika, selamat malam dan selamat bertemu dengan Tuhan oh maaf, maksudnya selamat bertemu di mimpi.

Satu minggu terlewati, Dika benar-benar tidak mendapatkan pesan atau telepon dari Denise. Dika merindukannya dan ingin menghubungi namun hal ini urung dilakukan karena khawatir  mengganggu Denise. Dika mencoba memahami keinginan Denise, karena menurutnya keputusan Denise tidak salah hanya Dika belum siap melakukan. Pesan whatsApp Dika tiba-tiba menghilangkan lamunannya.

" Main yuk Bro, di tempat biasa", pesan whatsApp dari Fatih.

Tanpa menunggu lama, Dika bergegas pergi.

" Udah gede, harus bisa melihat yang jelas lah",  celetuk Hasyim kepada Dika.

"Nikmati aja dulu, though its hurt for you", kata-kata yang keluar dari mulut Fatih

"Ia, cuma butuh waktu aja. Hidup aku emang apa kata Tuhan" , jawab Dika dengan pandangan ke depan lurus.

Malam itu, seperti biasanya mereka berkumpul untuk membicarakan hal-hal menarik yang sedang terjadi meskipun keadaan salah satu personil sedang ada masalah. Setiap ada salah satu diantaranya sedang memiliki masalah, akan selalu ada 'wejangan' maupun permainan yang dibuat untuk mengalihkan sementara, seperti dunia ini yang sementara. Dan kali ini Dika bukanlah orang yang di dengar, melainkan mendengarkan.

Mendengarkan itu menyembuhkan yang didengar, juga yang mendengarkan. (Adjie Santosoputro, psikolog)

Sehari, seminggu terlewati dan hampir satu bulan keputusan Denise kepada Dika di Luemer Cake sore itu. Seperti biasa, pukul 8 pagi Dika membuat sarapan seadanya yang ada di kulkas rumah,  telur ceplok dan roti tawar juga tak lupa kopi. Terdengar suara motor yang menuju kea arah pagar rumahnya dan disusul ketukan dari laki-laki.

"paket",  suara abang-abang jaket  hijau

Dika membuka kan pintu dan menerima paket yang dibawa kurir  dan di buka nya paket tersebut yang ternyata dari Denise. Isi dari paket tersebut adalah kartu undangan pernikahan. Setelah mengetahui isinya, suhu badan Dika tiba-tiba naik dan dengan cepat Dika membaca kartu undangannya.

"Loh, Denita?",  tanya Dika bingung.

Denita adalah adik kandung Denise. Denise mengirim kartu undangan pernikahan adiknya kepada Dika dan tertera sebagai tamu undangan keluarga. Bergegas Dika mengecek hari dan jam pelaksanaan untuk menghindari janji yang sebelumnya sudah ada. Helaan nafas lega karena tidak ada janji yang harus ditepati secara bersamaan. Artinya, Dika dapat menghadiri dan bertemu dengan Denise.

Dika melanjutkan sarapannya dan mengingat perkataan ayahnya kemaren yang ditemui. Menurutnya dia harus bersyukur karena sangat beruntung memiliki orangtua yang sangat memahami dan memberikan kebebasan dalam memilih. "Dika, sejak awal kamu harus mempersiapkan diri dan hati untuk apa yang akan terjadi di depan. Kita tidak tahu apa yang akan terjadi hanya karena kita yakin dan mempunyai rencana. Manusia hanya berencana dan Tuhan yang menentukan. Sebaik-baiknya rencana, rencana Tuhan yang terbaik dan itu indah. kamu benar-benar sudah mengenal Denise bukan? Yang ayah tahu dia anak perempuan yang baik-baik, pintar, cantik dan ayah sudah menganggapnya sebagai anak. Dia tetap ayah anggap sebagai anak ayah meskipun suatu saat kalian tak berjodoh. Ayah tahui ni berat untuk kamu dan pasti untuk Denise, kalian sehati meski belum setakdir ". Ayahnya menyenggol lengan Dika

"Tuhan menguji manusia dengan cinta beda agama, hanya untuk memastikan apakah manusia lebih mencintai penciptanya atau ciptaanNya"  ,kemudian ayah Dika menepuk pundaknya. Ingin rasanya saat itu ayah Dika memeluk putranya namun tiba-tiba buyar saat ibu Dika datang untuk menyiapkan makanan yang dibuat.

" Benar, aku pernah memikirkan ini semua dengan segala pertimbangan dan resiko yang akan diterima, tapi aku tidak pernah memikirkan perasaan aku" kata Dika yang berbicara pada dirinya sendiri.

Selasa, 21 Januari 2021 tanggal pelaksanaan pernikahan Denita. Pagi itu Dika sedang menata pakaiannya agar terlihat rapi dan matching dengan tema pernikahan Denita. Tiba-tiba Dika  mendapatkan pesan dari Denise setelah satu bulan lebih tidak pernah menerima pesan darinya.

"Dika, maaf sebelumnya. aku mau mengingatkan nanti kalau sudah di tempat bilang ke Security kalau kamu Mahardika BI biar langsung masuk dan duduk dibarisan family. Datang kan?",  isi pesan Denise melalui whatsApp

"Siap buk, datang dong J " balas Dika singkat

Tidak ada yang mengetahui tentang kematian, kita terlalu sibuk dengan menunggu dan berharap. Menuggu orang terkasih dan berharap dicintai oleh kekasih.

40 hari yang lalu, Dika meminta maaf karena terlambat menemui Denise di Luemer Cake. Hari ini, Denise lah yang terlambat menemani Dika di detik-detik akhir kehidupannya. Dika mengalami kecelakaan dijalan saat pergi ke acara pernikahan adik kandung Denise. Mobil yang dibawanya rusak parah dan Dika dilarikan ke rumahsakit.  Kejadian kecelakaan sama persis seperti 40 hari yang lalu.

Di pemakaman, Denise dan keluarga datang untuk persembahan yang terakhir kalinya. Denise dipeluk oleh ibu Dika dan sama-sama larut dalam tangisan. Sedangkan ayah Denise berdiri berdampingan dengan ayah Dika dengan muka sedih yang ditutupi oleh kacamata hitam. Ayah Dika pasrah karena mengingat hari terakhir bertemu tidak meninggalkan firasat apapun. Dika yang sangat dekat dengan ibunya belakangan ini selalu menghindar setiap ada makan bersama atau sekedar menjemput ibunya kerja.

"Mama, bulan ini Dika ada project gede, mohon doa nya ya. Dan maaf kalau tidak bisa sering bertemu mama. Tiap selasa belum bisa jemput mama. Mama perempuan hebat, pasti bisa melaluinya.", pesan terakhir Dika kepada mama nya.

Masing-masing dari mereka akan kembali, membawa kesedihannya yang masih basah. Wangi bunga masih tercium, diatas tanah yang baru terkubur. Melangitkan doa berharap ini adalah mimpi buruk. Berharap malam datang dan esok akan kembali seperti matahari yang terbit.Goodbye is not forver, is not the end. It simply means we'll miss you until we meet again.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun