Mohon tunggu...
Karimah
Karimah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penulis genre Moody

Percaya Tuhan, dan zodiak kelahiran. Anak pertama yang berzodiak Aquarius, suka ngemil garlic, doyan ikan, dan warna putih.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Melawan Restu

9 Juli 2021   22:30 Diperbarui: 9 Juli 2021   23:10 463
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Nikmati aja dulu, though its hurt for you", kata-kata yang keluar dari mulut Fatih

"Ia, cuma butuh waktu aja. Hidup aku emang apa kata Tuhan" , jawab Dika dengan pandangan ke depan lurus.

Malam itu, seperti biasanya mereka berkumpul untuk membicarakan hal-hal menarik yang sedang terjadi meskipun keadaan salah satu personil sedang ada masalah. Setiap ada salah satu diantaranya sedang memiliki masalah, akan selalu ada 'wejangan' maupun permainan yang dibuat untuk mengalihkan sementara, seperti dunia ini yang sementara. Dan kali ini Dika bukanlah orang yang di dengar, melainkan mendengarkan.

Mendengarkan itu menyembuhkan yang didengar, juga yang mendengarkan. (Adjie Santosoputro, psikolog)

Sehari, seminggu terlewati dan hampir satu bulan keputusan Denise kepada Dika di Luemer Cake sore itu. Seperti biasa, pukul 8 pagi Dika membuat sarapan seadanya yang ada di kulkas rumah,  telur ceplok dan roti tawar juga tak lupa kopi. Terdengar suara motor yang menuju kea arah pagar rumahnya dan disusul ketukan dari laki-laki.

"paket",  suara abang-abang jaket  hijau

Dika membuka kan pintu dan menerima paket yang dibawa kurir  dan di buka nya paket tersebut yang ternyata dari Denise. Isi dari paket tersebut adalah kartu undangan pernikahan. Setelah mengetahui isinya, suhu badan Dika tiba-tiba naik dan dengan cepat Dika membaca kartu undangannya.

"Loh, Denita?",  tanya Dika bingung.

Denita adalah adik kandung Denise. Denise mengirim kartu undangan pernikahan adiknya kepada Dika dan tertera sebagai tamu undangan keluarga. Bergegas Dika mengecek hari dan jam pelaksanaan untuk menghindari janji yang sebelumnya sudah ada. Helaan nafas lega karena tidak ada janji yang harus ditepati secara bersamaan. Artinya, Dika dapat menghadiri dan bertemu dengan Denise.

Dika melanjutkan sarapannya dan mengingat perkataan ayahnya kemaren yang ditemui. Menurutnya dia harus bersyukur karena sangat beruntung memiliki orangtua yang sangat memahami dan memberikan kebebasan dalam memilih. "Dika, sejak awal kamu harus mempersiapkan diri dan hati untuk apa yang akan terjadi di depan. Kita tidak tahu apa yang akan terjadi hanya karena kita yakin dan mempunyai rencana. Manusia hanya berencana dan Tuhan yang menentukan. Sebaik-baiknya rencana, rencana Tuhan yang terbaik dan itu indah. kamu benar-benar sudah mengenal Denise bukan? Yang ayah tahu dia anak perempuan yang baik-baik, pintar, cantik dan ayah sudah menganggapnya sebagai anak. Dia tetap ayah anggap sebagai anak ayah meskipun suatu saat kalian tak berjodoh. Ayah tahui ni berat untuk kamu dan pasti untuk Denise, kalian sehati meski belum setakdir ". Ayahnya menyenggol lengan Dika

"Tuhan menguji manusia dengan cinta beda agama, hanya untuk memastikan apakah manusia lebih mencintai penciptanya atau ciptaanNya"  ,kemudian ayah Dika menepuk pundaknya. Ingin rasanya saat itu ayah Dika memeluk putranya namun tiba-tiba buyar saat ibu Dika datang untuk menyiapkan makanan yang dibuat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun