Jika sedang sehat atau tidak bepergian, Abah selalu memimpin shalat shubuh berjama'ah, dengan suara yang khas dan bacaan yang sangat fasih baik dari segi makhorijul huruf dan shifatul hurufnya, semakin menambah suasana kekhusuan shalat shubuh ketika dipimpin oleh Abah. Padahal perlu diketahui sebenarnya usia Abah sudah sepuh di atas 70 tahun. Kadang saya malu dan menangisi diri dengan bacaan Al-Quran saya yang masih terbata-bata.
Setelah selesai shalat Shubuh, biasanya Abah tidak langsung pulang, tetapi duduk di tempat imam dan melanjutkan tilawah Al-Quran hingga waktu isyraq tiba, kadang saya dan beberapa jamaah lain pun menemani dibelakang beliau karena biasanya nanti Abah mempersilahkan kami satu persatu untuk melanjutkan dan mencek bacaan tilawah masing-masing. Abah sangat jeli dalam mengoreksi bacaan Al Quran santri-santrinya, baik dari segi makhorijul huruf, shifatul huruf, panjang pendeknya bacaan, konsistensi gunnah dan yang lainnya.
Telinga Abah bahkan sangat peka ketika sedang membaca Al Quran bersama-sama kemudian terdengar ada jamaah lain yang membaca sendiri, biasanya Abah akan memanggil orang tersebut untuk membacakannya dihadapan Abah. Mungkin orang akan menganggap Abah marah, tetapi saya memandang justru Abah sedang mengajarkan adab kepada orang tersebut dan jamaah lainnya, jika ada jamaah yang sedang membaca Alquran dan saling mengoreksi satu sama lain itu keutamaannya lebih baik daripada membaca sendiri-sendiri, hal tersebut sebagaimana tercantum dalam hadis Baginda Nabi Muhammad SAW.
Setelah isyraq atau tilawahnya selesai, Abah baru pulang. Yang saya tahu dalam sebulan Abah bisa mengkhatamkan 3-5 kali Alquran bahkan lebih, terutama dalam bulan Ramadhan bisa lebih banyak lagi. Dengan usia yang tidak muda lagi, mengkhatamkan Alquran 3-5 kali dalam sebulan itu merupakan hal yang sangat langka, kadang saya malu yang masih muda, dalam waktu 1 bulan kadang saya belum bisa mengkhatamkan Al-Quran.
Abah biasa keluar lewat pintu mihrob sebelah kanan masjid, jika ada sesuatu yang ingin saya sampaikan, biasanya saya menunggu di pintu keluar kanan masjid dekat lorong tempat Abah keluar, kemudian saya mengucapkan salam dan mencium tangan kanan beliau. Abah selalu menanyakan kabar dan sering saya belum menyampaikan maksud apapun biasanya langsung diajak ke rumah, dan itu pun yang sering dilakukan Abah jika ada tamu yang baru datang, atau ada alumni santri dan alumni mahasiswa yang sempat kos di rumah Abah, biasanya suka langsung di ajak ke rumah.
Tidak Pilih -- Pilih Dalam Takziyah
Adapun jika ada warga yang meninggal, biasanya Abah takziyah langsung ba'da Shubuh. Saat itu saya masih ingat, ketika ada warga di salah satu RT lain yang meninggal, Abah langsung berangkat untuk takziyah bersama saya, padahal dari masjid tempatnya cukup jauh dan jalannya cukup tajam menurun ke bawah, saat itu saya menemani Abah menuruni setiap anak tangga dan jalan yang licin, saya pegang tangan Abah khawati jatuh, tibanya di tempat lokasi Abah langsung menghibur keluarga yang ditinggalkan dan langsung menyolatkan jenazah. Dalam urusan takziyah pun Abah tidak pilih-pilih, padahal saat itu yang wafatnya bukan warga asli Cisitu karena jenazahnya akan dimakamkan di daerah lain.
Setelah selesai takziyah, saya biasanya berjalan di belakang Abah, karena tidak berani jika berjalan berdampingan apalagi di depan beliau, kemudian saya bukakan pintu gerbang yang mau masuk ke rumah beliau, dan Abah mempersilahkan saya masuk. Ketika saya silaturahim ke rumah beliau, istri kedua Abah yakni ibu Hj. Neneng Rifa'i (Istri pertama Abah bernama Ibu Hj. Siti Komariah sudah wafat terlebih dahulu) selalu membuatkan saya kopi bahkan lengkap dengan makanannya berupa roti, kue dan lain-lain. Sering juga saya dikasih nasi lengkap dengan lauk pauknya bahkan tidak jarang saya sering diajak makan bareng bersama abah. Pada suasana pagi itu, biasanya Abah sering bercerita bahkan meminta pendapat tentang berbagai persoalan kepada saya, terutama berkaitan dengan perkembangan dakwah umat Islam dalam perjuangan mempersatukan umat dan melanjutkan kembali kehidupan Islam, tentu lagi dan lagi ini merupakan sesuatu yang sangat berat untuk menjawabnya.
Abah selalu mempersilahkan saya untuk memakan apa saja makanan yang ada di meja, bahkan beliau sendiri yang sering memberikan kepada saya melalui tangannya. Setelah urusan selesai biasanya saya pamit pulang. Aktivitas pagi Abah setelah shalat duha, saya sering melihat beliau bersih-bersih di lapang, menyiram tanaman, membuang sampah, mencat lapang, bermain badminton dan kegiatan lainnya. Ini menandakan bahwa Abah orang yang sangat rajin, rutin olahraga dan cinta kebersihan. Kadang saya juga sering ketawa ketawa sendiri ketika mendengar Abah sedang bercanda dengan istrinya, yang intinya Abah itu sosok yang humoris dan romantis serta perhatian juga kepada istrinya.
Rajin Menghadiri Pengajian
Sebelum dzuhur tiba biasanya Abah tidur, kecuali pada hari Sabtu dan Ahad biasanya pada pagi hari Abah sering menghadiri berbagai kegiatan pengajian jika ada undangan, terutama pengajian yang diselenggarakan di Pondok Pesantren Al Falah Dago, Pondok Pesantren Babussalam Dago, Pondok Pesantren Mahasiswa Mitahul Khoir Bandung, bahkan kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan oleh Pergerakan Islam dan Ormas Islam.