Mohon tunggu...
Hida Al Maida
Hida Al Maida Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Sastra Indonesia Universitas Sumatera Utara

Seorang introvert yang menyukai seni, puisi, langit, bintang, hujan, laut, bau buku, dan menulis. Punya kebiasaan aneh berbicara dengan diri sendiri, dan mencoret-coret setiap halaman paling belakang buku pelajarannya karena merasa isi kepalanya terlalu meriah, riuh, dan berisik untuk didiamkan begitu saja. Gemar menulis novel, puisi, serta tertarik tentang banyak hal berkaitan dengan hukum, perempuan, dan pendidikan. Baginya, setiap hal di muka bumi ini adalah keindahan dan makna yang perlu diselami sampai jauh, sampai kita menemukan sesuatu bernama hidup.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Meminjammu kepada Petang (Cerpen)

30 Juni 2023   12:18 Diperbarui: 30 Juni 2023   12:47 267
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
 sumber: Hadeelmdp

Daripada hanya dicintai setahun dua tahun usia pernikahan, Asmara lebih memilih untuk tidak menikah.

Ya, beginilah jadinya jika kamu patah hati hebat, lalu menjadikan oppa atau ahjussi dari negeri ginseng sebagai obatnya---ditambah bumbu-bumbu lain seperti quotes #independentwoman di  media sosial, buku self love, dan sedikit pendidikan.

Karena itulah, masa muda---yang sudah hampir kadaluwarsa---Asmara habiskan dengan mencoba segala hal yang ingin dia lakukan. Moto hidupnya, jika tidak menikah, sangat sederhana. Yaitu, mengerahkan seluruh energi dalam dirinya untuk melakukan banyak hal sebelum dia mati.

Baca juga: Cerpen: "Bertaut"

Toh, Asmara merasa cukup dengan segala yang dia miliki; pekerjaan dan karir yang mentereng, uang tabungan untuk menikmati hidup, kesempatan waktu, kebebasan, dan rekan-rekan kerja yang menyenangkan. Sudah. Untuk apa lagi pernikahan dan cinta?

Namun, tidak setelah Asmara terbangun di brangkar rumah sakit yang dingin. Hal pertama yang Asmara sadari telah hilang adalah tatapan kagum dan bersemangat dari Pia, rekannya di kantor. Wanita awal tiga puluh itu menatapnya kasihan.

"Ini kejutan yang buruk, Asmara," katanya.

Asmara hanya bisa terkekeh getir. Jangankan Pia, Asmara saja kaget bukan main saat dokter yang tidak pernah dia temui sebelumnya, tidak pernah bertegur sapa apalagi mengobrol banyak dengannya, mendadak mengatakan bahwa umurnya hanya tinggal dua sampai tiga bulan lagi.

"Kematian datang terlalu cepat, Pia," sahut Asmara. Untuk sore ini, langit kota yang biasa dia kagumi, tampak buruk.

"Aku belum mencoba lebih banyak hal. Mengapa aku harus mati?" Asmara bergumam usai tak mendapati jawaban Pia. "Bukankah kita akan mati setelah kita selesai dengan dunia? Karena itu ada bunuh diri. Karena mereka tidak sanggup bertahan dan memilih mati sebelum mereka selesai dengan dunia."

Pia bertanya, "kau dapat teori itu dari mana, Asmara? Buku dan film mana yang menyesatkanmu?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun