Sentana menghela nafasnya. "Kau tahu, Mara, kau satu-satunya wanita yang kuizinkan masuk ke dalam kehidupanku. Menyakitimu lebih menakutkan untukku daripada mendapati fakta bahwa aku tidak mencintaimu."
Asmara tersenyum sedih. Jari-jemarinya yang kurus terulur menyentuh wajah Sentana. Bahkan di saat-saat terakhir hidupnya, Asmara masih tidak ingin melihat pria itu terluka. "Kau ingat apa yang selalu kukatakan, Sentana? Jangan terlalu sakit, dan jangan terlalu terluka. Berbahagialah meski sedikit, meski rasanya sulit."
Tepat ketika Sentana akhirnya meraihnya ke dalam tubuh pria itu, Asmara luruh. Asmara masih percaya jika seseorang hanya akan mati setelah orang itu selesai dengan dunia. Dan, akhir dari dunia Asmara adalah cinta.
***
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H