Mohon tunggu...
Hida Al Maida
Hida Al Maida Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Sastra Indonesia Universitas Sumatera Utara

Seorang introvert yang menyukai seni, puisi, langit, bintang, hujan, laut, bau buku, dan menulis. Punya kebiasaan aneh berbicara dengan diri sendiri, dan mencoret-coret setiap halaman paling belakang buku pelajarannya karena merasa isi kepalanya terlalu meriah, riuh, dan berisik untuk didiamkan begitu saja. Gemar menulis novel, puisi, serta tertarik tentang banyak hal berkaitan dengan hukum, perempuan, dan pendidikan. Baginya, setiap hal di muka bumi ini adalah keindahan dan makna yang perlu diselami sampai jauh, sampai kita menemukan sesuatu bernama hidup.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Bukan Salahnya Ibu (Cerpen)

22 Juni 2023   10:21 Diperbarui: 22 Juni 2023   10:55 297
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Maka akan aneh jika manusia tanpa masalah mendadak hilang, apalagi kabur---begitu kakak-kakak dan abangku memprediksi.

Sepanjang perjalanan aku memeras otak. Jika berada di posisi Ibu, kira-kira hal apa yang membuatku sampai meninggalkan rumah? Jika sudah berniat meninggalkan rumah, kira-kira ke mana aku akan pergi?

Kalau jadi Ibu, aku akan pergi ke rumah....

"Teman."

Barangkali, iya, teman. Meski aku tidak sepenuhnya yakin---tidak juga memiliki kesamaan entah secara fisik maupun sifat yang membuatku saling terhubung dengan Ibu---aku memilih pergi ke rumah satu-satunya teman Ibu yang kukenali dulu sebelum pulang ke rumah.

Teman Ibu, bu Marta namanya, adalah seorang guru honorer yang mengabdikan hidupnya berpuluh tahun di sekolah negeri. Dia tidak menikah dan menjadi satu-satunya teman sekolah Ibu yang masih berhubungan dengan Ibu sampai setidaknya aku sedewasa sekarang. Dari mana aku tahu semua itu, tentu saja dari kedua belah pihak secara langsung.

Ibu pernah membawaku sekali ke sana, saat aku baru tamat SMA.

"Ibumu di dalam," kata bu Marta saat kutanyai.

Aku, si anak masa bodoh ini, menemukan Ibu.

***

Sejujurnya aku agak terkejut. Bukan karena rumah bu Marta yang tidak berubah sejak sembilan tahun silam, tetapi karena firasat asalku terbukti benar. Padahal---kuingatkan sekali lagi---aku tidak memiliki kesamaan dengan Ibu yang membuat kami bisa saling terhubung apalagi mengerti perasaan masing-masing.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun