Mohon tunggu...
Hesti Gusmiarni
Hesti Gusmiarni Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa UIN khas jember

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Konsep Konflik Sosial Pendidikan

13 Desember 2021   10:50 Diperbarui: 13 Desember 2021   10:58 174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

4.Orang tua peserta didik pribadi melaporkan guru kepada kepala sekolah atau yayasan.

Ditinjau bersama, hal ini adalah pertanda asal lemahnya sistem manajemen penanganan internal perseteruan di sekolah. Padahal pendidikan serta institusi kependidikan memegang peran krusial. Kunci pada mendidik peserta didik untuk hidup bersama secara damai dan melatih mereka untuk mampu menuntaskan konflik secara konstruktif. Jika diteliti lagi secara detail pendidikan resolusi Konflik bisa menghasilkan suatu proses belajar yang terkondisi menjadi tempat yang nyaman aman untuk belajar. Berjalan nya belajar yang baik bisa selalu kondusif dan tenang karena tidak adanya konflik yang membuat ricuh. Bila terlalu banyak persoalan disiplin pada sekolah, para pengajar akan menghabiskan kebanyakan waktu mereka untuk mengatasi persoalan tersebut daripada untuk mengajar. Namun Bila tidak terdapat, atau hanya sedikit masalah disiplin atau permasalahan di sekolah, para guru dapat berkonsentrasi untuk memaksimalkan potensi peserta didik yang berperilaku baik yang menginginkan pembelajaran. Pengajaran resolusi konflik diperlukan untuk meminimalkan persoalan disiplin serta konflik di antara peserta didik dan untuk mendorong lingkungan belajar yang lebih baik di institusi pendidikan.

C. Konsep dan Teori Konflik Sosial Pendidikan menurut para ahli

 Konsep dan Teori permasalahan pendidikan berdasarkan Wiyono seseorang filsafat pendidikan. Pengertian konflik secara etimologis berasal dari bahasa latin con berarti bersama dan benturan. Dari ini permasalahan dalam kehidupan sosial dapat diartikan menjadi benturan kepentingan, harapan yang melibatkan 2 pihak atau lebih bisa kelompok atau perorangan, di mana salah satu pihak yang terkait berusaha menyingkirkan atau menghancurkan orang yang tidak bersangkutan.

Permasalahan sendiri bisa terjadi oleh perbedaan yang dibawa oleh individu atau kelompok ke dalam suatu interaksi, disparitas tersebut antara menyangkut fisik, tata cara istiadat, keyakinan, suku, dll. Konflik tidak hanya terjadi di lingkungan warga tetapi konflik juga bisa terjadi pada lembaga pendidikan, konflik dan pendidikan sangat erat kaitannya karena pada dalam pendidikan pula pasti ada permasalahan.

Pendidikan diartikan menjadi proses sosialisasi, yakni proses atau perjuangan manusia untuk membina kepribadian sinkron menggunakan nilai-nilai yang ada di dalam masyarakat dan budaya. Istilah pendidikan diartikan menjadi bimbingan yang diberikan secara sengaja oleh orang dewasa.

Pendapat dari Luthans bahwa permasalahan sebagai tidak sesuai nya nilai atau tujuan antara anggota kelompok organisasi. Winardi (2004) mengemukakan bahwa masalah merupakan suatu opsi yang bertentangan suatu pendapat antar individu dan bisa juga terjadi dalam suatu kelompok atau organisasi yang formal sekalipun. Sedarmayanti (2000) mengemukakan konflik adalah Proses antara kebutuhan, keinginan, gagasan, kepentingan ataupun pihak saling bertentangan, sebagai dampak berasal adanya perbedaan: target (goals); nilai (values); pikiran (cognition); perasaan (efek). Sesuai beberapa definisi konflik itu nampak terdapat suatu kesepakatan , bahwa perseteruan dilatarbelakangi oleh adanya tidak sinkron atau tidak cocok atau disparitas dalam hal nilai, tujuan, status, dan adat kebiasaan.

Pendapat dari Robins pakar pendidikan menyatakan bahwa permasalahan adalah insiden yang masuk akal pada semua kelompok serta organisasi. Sebab permasalahan itu tidak terelakkan, sirkulasi hubungan manusia menganjurkan penerimaan permasalahan. Permasalahan tidak bisa disingkirkan, dan bahkan adakalanya konflik membawa manfaat pada kinerja kelompok atau organisasi. Pada pandangan interaksionis, konflik justru pada pandang krusial eksistensi nya menurut pendangan interaksionis. Melihat pandangan permasalahan dalam sebuah organisasi konflik harus terus ada jika seluruh anggota organisasi bersifat kooperatif damai tenang maka tidak ada hal yang bisa dipelajari melalui musyawarah atau diskusi. Tentunya permasalahan yang ditumbuhkan berada dalam kadar minimal, atau sekedar cukup untuk membentuk kelompok dinamis, kritis, serta kreatif.

Sedangkan tinjauan perseteruan menurut pandangan Owens (1991) meliputi:

1.Pandangan Kontingensi, pandangan ini menganggap tidak mungkin Jika menghilangkan potensi laten konflik sebagai akibatnya jalan yang perlu ditempuh oleh organisasi adalah membangun iklim budaya yang mendukung manajemen permasalahan. Begitu banyaknya penyebab konflik membuahkan pada tidak adanya jalan terbaik untuk mengelola konflik. Dengan kata lain, pemecahan konflik tergantung dengan bentuk serta sebab konflik.

2.Pandangan Proses, dalam hal ini konflik yang terjadi antara dua kubu terjadi secara sekuens serta berulang-ulang. Setiap tahapan mengandung dinamika yang tinggi yang mengandung sikap masing-masing pihak sebagai respon atas apa yang dilakukan kubu lainnya. Konflik akan mengalami eskalasi atau deskalasi, karena dari duduk perkara satu bisa melebar ke masalah yang lain atau sebaliknya, dari persoalan rumit bisa berubah lebih tidak rumit.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun