Di sekolahpun tidak jauh berbeda. Guru-guru lebih suka melihat kami belajar dengan rajin. Mereka lebih suka melihat siswa-siswa yang pintar dan berprestasi. Mereka lebih suka melihat siswa-siswa yang mudah menerima pelajaran yang disampaikan. Sementara kami yang tidak pernah bisa atau takkan pernah mampu menjadi pintar sedikit diabaikan karena menganggap kami sebagai siswa-siswa yang malas dan nakal. Tugas dari hari kehari juga gak pernah berhenti demi penguasaan materi. Kami seperti dipaksa untuk menjadi anak-anak yang pintar.
Apakah kami harus menyesali kebodohan kami. Apakah semua anak harus terlahir manjadi anak yang pintar. Mustahil rasanya jika semua anak sekolah terlahir untuk menjadi anak yang pintar. Tak ada siswa yang pintar jika tidak ada siswa yang bodoh. Bukankah perbedaan itu yang menjadi sebuah perbandingan,untuk menilai siapa yang bodoh dan siapa yang pintar. lalu kenapa kami harus dipermasalahkan karena kebodohan kami. Kenapa kami harus dibenci karena kenakalan dan kekurangan kami.
Jangan pernah meragukan kami karena kebodohan dan ketidakmampuan kami. Setiap yang bodoh tidak terlahir tanpa kelebihan. Kami sadar, kami harus terus berkembang.Bukan hanya belajar tentang pelajaran tapi juga belajar tentang masalah-masalah yang mungkin bisa mendewasakan kami. melakukan hal lain dari apa yang kami sukai.
Penulis
Heru Jast
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H