Mohon tunggu...
Heru Jast
Heru Jast Mohon Tunggu... lainnya -

berharaplah yang terbaik dan nantikan yang terburuk..

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Jangan Paksa Kami untuk Pintar

16 April 2014   17:02 Diperbarui: 1 April 2017   09:07 383
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Ya, kalian memang pintar", Kataku.

"Tapi apakah keberhasilan anak sekolah hanyalah semata-mata untuk menjadi pintar, Adakan yang lebih dari itu, berkembang!"

"Maksudnya berkembang fred" rici bertanya padaku, nampak heran dari raut wajahnya mendengar pernyataanku.

"Jadi gini apa gunanya kita pintar kalo kita tidak memberdayakan pola pikir kita untuk hal-hal yang lain diluar pelajaran. jadi bukan hanya sebatas pintar dalam hal mengerjakan soal pelajaran tapi juga harus memiliki karakter yang kuat. ketika kita tidak pintar soal matematika kita bisa mengisinya dengan pelajaran yang lain yang menurut kita mampu. tapi kalo kita gak punya karakter apa itu bisa diganti. misalnya kita gak punya keberanian apa bisa keberanian diganti dengan kedisiplinan tingkat tinggi sekalipun, bedakan. jadi menurutku pengembangan karakter lebih diutamakan daripada kepintaran yang dinilai raport."

"Habis makan apa kamu fred,haha" tanya fauzan, sambil ketawa

"Mau makan apa itu gak penting hehehe, yang terpenting bagaimana caranya kita harus menggali apa yang ada dalam diri kita sendiri, kekurangan dan kelebihan kita sendiri, bukan hanya belajar tentang pelajaran tapi juga yang lain"

"Jadi kami gak masalah menjadi siswa yang bodoh tapi satu hal kalian anak- aanak IPA harus belajar nyali dan kebersamaan dari kami anak-anak IPS. kata apri, menambah penjelasanku. mungkin dia juga sangat paham dengan penjelasanku.

"Nyali apa, bolos maksudnya. Dasar kalian aja yang pemalas" Ibnu membalas sedikit meledek.

"Bukan hanya itu, kami kan sering dihukum nah mental kami terbentuk karena belajar dari hukuman itu. sementara kalian terlalu disiplin jarang dihukum. Ya baik sih disiplin asal jangan terpaksa demi nilai aja kalian mau disiplin, dibelakang ngeluh hehe"

Kata-kata dari apri menutup perpincangan kami waktu itu. karena waktu sudah larut malam tanpa terasa. udara dingin mulai menusuk kulit kami yang sudah kering dari sisa-sisa keringat setelah bermain futsal tadi. sduah waktunya kami mengakhiri cerita malam ituuntuk segera kembali keruma kami masing-masing.

Terkadang kami gak bisa mengerti kenapa orang tua kami begitu menginginkan kami menjadi anak yang pintar. Sekolah dengan nilai yang terbaik. Mungkin mereka bangga jika kami semua terlahir sebagai anak-anak yang pintar. Tapi terkadang mereka tidak bisa mengerti bahwa sebenarnya otak kami tidak mampu. Otak kami tidak bisa dipaksa untuk menjadi pintar. Kami punya kelebihan dan kekurangan yang sebenarnya harus dikembangkan. Menggali potensi-potensi terbaik kami, atau lebih tepatnya mengenal diri kami sendiri. Standar kepintaran yang membuat kami seperti tersudut karena kebodohan dan ketidakmampuan kami berpikir.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun