Mohon tunggu...
Heru Jast
Heru Jast Mohon Tunggu... lainnya -

berharaplah yang terbaik dan nantikan yang terburuk..

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Jangan Paksa Kami untuk Pintar

16 April 2014   17:02 Diperbarui: 1 April 2017   09:07 383
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"oww, yaudahlah,kita mulai aja sekarang" jawabku singkat kemudian mengajak teman-teman yang lain untuk segera memulai permainan futsal.

Satu jam kami bermain, rasanya lelah sekali kami hari itu. Kaki-kaki kami terasa kaku sekali,banyak umpan yang salah dan tendangan yang kurang akurat. Sudah beberapa bulan semenjak kami naik kekelas XII belum pernah bermain lagi.

Setelah lelah bermain bola biasanya kami berlanjut nongkrong di kota. Di tempat sugaran di depan grand cokro. Susu segar tetap menjadi salah satu minuman favorit kami setelah bermain. Tempat yang sangat sederhana untuk sebuah kebersamaan yang luar biasa. Canda tawa, celotehan, banyolan sampai sindiran membuat suasana malam semakin ramai. Kami mengenal satu sama lain lebih dari sekedar teman. Walau terkadang ada sedikit perdebatan tapi itu adalah seni dalam sebuah persahabatan. Kita tidak mungkin selalu sependampat justru perbedaaanlah yang mengajari kami untuk saling menghargai, saling mengerti dan memahami.

"Harus ya sebagai siswa itu kita harus pintar" akhirnya kekeluarkan juga uneg-uneg yang dari tadi kupendam sejak dilapangan. Ketika aku tahu kalo Aer tidak boleh main futsal karena dilarang oleh orang tuanya untuk fokus belajar. Mungkin akan menjadi topik perbincangan yang sangat menarik. seperti yang biasa kami lakukan ketika berkumpul. Selalu saja ada tema yang bisa kami bicarakan dan perdebatkan.

"Sebentar-sebantar mungkin akan lebih ramai kalo debatnya kita bagi, anak IPA lawan anak IPS. empat anak IPA melawan tiga anak IPS, gimana setuju gak" apri coba memberi ide.

"Aku setuju" rici berkata sambil mengambil cemilan didepan kami.

"Menurutku, sebagai siswa kita memang harus pintar supaya orang tua dan bapak ibu guru kita bangga" Fauzan menyampaikan pendapatnya sambil menunjuk kearah Yoga.

"Buktinya kita pintar dengan apa" kata yoga membalas pernyataan dari fauzan sambil menyeruput susu segar yang ada didepannya.

Zain coba membantu fauzan "dengan nilai dong, kan nilai bisa menjelaskan bagaimana kita dan bukankah setiap semester kita diberikan raport untuk tahu seberapa berhasil kita belajar, jadi menurutku nilailah yang satandar kepintaran kita"

"Wah berarti kalo begitu, anak-anak IPA lebih pintar dong daripada anak IPS, kan nilai kalian baik-baik semua tu, sementara anak IPS tuntas KKM aja udah cukup" kata apri sambil menunjuk kearah ibnu yang dari tadi makan kacang kulit rebus.

"Betul sekali pri, hehe" jawaban dari ibnu singkat sambil ketawa dan tetap menikmati kacang kulit yang terlihat sangat nikmat sekali.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun