Berhentilah Menangis, Sandria
Oleh: Heri Haliling
Ig: @Heri_Haliling
"Kau boleh lakukan ini sesukamu kepada perempuan murah di luar sana. Tapi jangan kepadaku, Jhin! Tidakkah kau sadar begitu keterlaluannya dirimu."
"Berhenti menangis, Sandria. Hadapi saja. Bagaimanapun tak akan berubah. Ikut atau tinggal, begitu saja. Simple."
   Di dalam mobil ini semuanya sesak menekan. Mudahnya dia bilang demikian. Benar benar murka aku. Hatiku hancur dan entah meluap yang seperti apa yang hendak ku hempaskan jadi gelombang. Pria di sampingku ini serasa bukan Jhin yang ku kenal. Dia pria lain. Yah. Pria busuk di antara yang busuk.
"Jika kau begini" kataku sambil masih menangis. "Kau sama saja tak menghargai hubungan. Kemana arti 3 tahun ini, Jhin. Mana janjimu dulu!"
    Jhin hanya memainkan kemudi. Entahlah, tatapannya ke jalan itu apakah simbol kesedihan atau kemenangan.
"Ikut atau tinggal. Gitu doang?"
   Tak tahan lagi aku dengan jawaban meremehkan itu. Aku langsung menerkam bagai singa betina mencengkram kijang. Ku jambak dan ku bentur benturkan wajahnya.Â
Jika tanganku lebih gesit, sudah ku copot sabuk pengaman itu dan ku lilitkan ke lehernya.
   "Sialan! Cukup, Sandria. Jika terus begini, aku akan lawan!" hardik Jhin.