"Maksudnya apa? Kau anggap aku sebuah barang?"
   Mobil tiba tiba menepi dan berhenti.
"Tepatnya aset."
    Jhin melirikku. Pada dasarnya ku rasakan ada keseriusan di antara kedua matanya. Aku melawan pandangannya.
"Aset?"
"Ya. Aset"
"Jika aset mengapa kau tega hancurkan aku?"
   "Aku tak menghancurkanmu. Aku hanya menjinakkanmu!"
"Menjinakkanku" jawabku makin heran.
"Kau tahu bukan? Aku tak pernah merampasmu. Sebagai laki laki sudah lumrah jika aku memancing. Kita berbuat itu sadar. Di mana salahnya?"
"Tentu salah!" Aku membantah. " Soal itu perlahan aku bisa maklum karena memang itu kesalahanku. Tapi perubahan sikapmu yang membuatku tak habis pikir."