Aku mendongak. Siapa yang kurang ajar ini. Tiba-tiba kepalaku berpusing tak mengaruan. Bagai gangsing aku agak oleng. Ke mana nikmat tadi. Usaikah? Sekejap ku rasakan sensasi sesak di dadaku. Kemudian serasa berton ton es merendam tubuhku. Tulangku terasa ngilu karenanya. Astaga aku menggigil. Tak kuat, minta tolonglah aku.
    " Bang!!! Dingin bang!!!"
    Aku menelungkup. Seorang terasa menjatuhkan selimut. Toh badanku basah. Aduh!! Astaga astaga!!! Terasa tubuhku mulai menggelepar.
   "Air panas air panas"
   "Bawa ke rumah sakit"
    "Biarkan saja mati di sini. Biarkan saja. Pemuda macam itu tak perlu kita peduli"
    Semua teriakan itu tak membantuku. Aku makin menggelepar. Seorang ibu warung terasa mengangkat leherku. Dia minumkan semacam susu bercampur air hangat. Kaleng jatuh, aku masih ingat itu susu beruang.
    Aku kejang sekarang. Lebih hebat lagi. Kepalaku penuh. Aku muntah menghamburkan cairan putih kehijau hijauan. Muntah banyak sekali seakan perut tak berhenti memompa. Sesaat ku rasakan dada mau pecah. Terasa benar penuh dan sesak. Lubang hidungku mangembang dan mengempis. Astaga astaga..apa aku mau mati? Ya mau mati kayaknya ini. Aku jatuh. Kepalaku membentur aspal, pingsan.
*
     "Siuman kau, Belong?" Sebuah suara tak asing mengusik telingaku. Aku lamat lamat membuka mata. Silau. Ku perhatikan langit langit banyak berisi lampu dan dinding berpendar warna putih.
     Mulutku terasa kering sekali. Aku berusaha mencecap bibir agar basah.Â