“Iya, Lan…”
Beberapa saat kemudian, kamu pun datang dengan senyuman yang sama seperti dulu. Seperti setitik cahaya terangku yang sempat redup.
“Welcome home, Aya…” Tak tahan rasanya diriku untuk tidak memelukmu. Peluk yang menumpahkan semua rasa rinduku. Empat tahun bukan waktu yang sangat singkat untuk menanti cahayaku kembali terang. Kamu membalas pelukanku.
“Aya, aku masih di sini. Nungguin kamu pulang untuk ngucapin kalimat yang sama seperti empat tahun yang lalu.”
“Maaf Lan… Karena waktu itu aku belum sempat menjawabnya,” ucapmu.
Aku menatapmu penuh harap.
Kamu melanjutkan kalimatmu, “Mulai hari ini, aku akan menjadi cahaya yang selalu menerangi langit. Aku akan menjadi matahari di setiap pagimu, dan menjadi bintang di setiap malammu”
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H