Mohon tunggu...
Bambang Hermawan
Bambang Hermawan Mohon Tunggu... Administrasi - Penikmat Budaya

Alumnus Universitas Islam Indonesia 2001. Pecinta budaya dan humaniora

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Merawat Buah Cinta di Kebun yang Terbelah

4 Maret 2024   12:04 Diperbarui: 4 Maret 2024   12:20 286
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Kapan saya boleh belajar terbang?" 

Ayam betina yang malang itu menyadari bahwa ia tidak dapat terbang dan sama sekali tidak tahu bagaimana burung-burung melatih terbang anak-anak mereka. Namun ia malu mengakui ketidakmampuannya, dan berkata, 

"Belum waktunya anakku. Saya akan mengajarimu kalau engkau sudah siap." 

Bulan demi bulan berlalu dan burung rajawali muda itu mulai curiga, ibunya tidak dapat terbang. Namun ia tidak dapat merasa bebas dan terbang sendiri, karena kerinduannya yang besar untuk terbang sudah tercampur dengan rasa terima kasih terhadap burung yang telah menetaskannya.

"Rajawalinya Ibu, dan Induk Ayamnya Ayah ya?, Ibu dimana sih Ayah?" celetuk Nia.

Wawan kaget, mengira Nia sudah tertidur, ternyata masih mendengarkan hingga selesainya cerita.

"Hmmm, sudah ya, Nia tidur dulu, jangan lupa berdoa, jangan lupa mendoakan ibumu agar bisa pulang dan memeluk Nia. Doa Nia pasti di dengar Tuhan". Kata Wawan sambil membenarkan posisi selimut Nia dan melanjutkan mendongeng dengan kisah yang lain.

"Ahh, Sari...hidung Nia mirip hidungmu dik, tatapanmu juga. Kamu memang rajawali, sementara aku ayamnya seperti kata Nia" Wawan menghela nafas dalam-dalam sambil mengamati wajah Nia yang sudah pulas.

Keesokan harinya, setelah pulang bekerja, Wawan langsung menghampiri Nia yang sedang bermain dengan neneknya.

"Ayahhh....ayo dong ganti baju, lalu menangkap kupu-kupu, itu kupu-kupunya sudah menungguku". Rengek Nia manja.

Wawan melihat keluar rumah melalui jendela kaca, ia melihat kupu-kupu beterbangan, sesekali bergantian menghinggapi bunga-bunga di halaman rumah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun