Ketika berusia 25 tahun, Melati melangsungkan pernikahan dengan pria pilihannya.
Fadli Hadiwijaya, demikian pria itu, adalah teman sefakultasnya. Proses percintaan mereka berlangsung di Kampus mereka.
Kisah perjalanan cinta mereka berakhir dalam sebuah pertunangan setelah mereka menggondol gelar sarjana.
"Mama! Beginikah rasanya kebahagiaan seorang gadis yang tengah menunggu hari pernikahannya?" Suara Melati memecah heningnya ruang tengah. Aku hanya tersenyum.
"Bagaimana perasaan mama saat menunggu hari pernikahan dengan Papa?"
"Tentu saja penuh kebahagiaan seperti yang kamu rasakan sekarang."
Sementara Satrio, memberi isyarat kepada anak gadisnya agar duduk mendekat.
"Dengar Mela! Anak Papa yang lembut dan anggun. Kelembutan dan keanggunan adalah kepribadian sebagai modal menjadi seorang istri yang baik." Suara Satrio penuh cinta.
"Jangan lupa harus sanggup menjalani perjalanan hidup nanti karena penuh dengan jalan terjal berliku."
"Saling pengertian adalah bekal menghadapi tantangan. Melati sayang, Papa dan Mama benar-benar bahagia." Satrio memberikan petuah untuk anak gadisnya.
Aku tersenyum penuh haru memandang sosok ayah mencium kening Melati, anak gadis kesayangannya.