Raut wajahnya berbentuk oval dengan sepasang mata yang indah, hidung mancung.
Seulas bibir tipis menawan yang jika tersenyum bisa menundukkan hati lelaki manapun.
Mengamati masa remaja Melati, kembali kuteringat peristiwa indah masa lalu. Malam Minggu itu, pertama kalinya kuterima tamu seorang pria.
"Selamat malam Dik Anin!" Sapa Prasaja Utama. Kutatap pria dengan perawakan tegap dan ganteng ini. Kusambut sapanya dengan senyum.
Maka kami menikmati malam itu dengan gelak tawa, canda dan senyum mesra. Hari-hari berikutnya seakan Dunia ini hanya milik kami berdua.
Bertamasya ke pantai, naik gunung, mengunjungi tempat rekreasi lainnya adalah acara akhir pekan kami.
Tidak kusangka Prasaja berpaling mempersunting gadis pilihannya. Dia menganggapku hanya seorang adik.
Kini semuanya hanya tinggal kenangan. Betul kata orang bahwa cinta pertama tidak bisa dilupakan.
Ternyata di depan laptop ini aku hanya bisa termangu. Jari-jariku masih belum juga mampu menyentuh sebuah hurufpun pada keyboard itu.Â
Aku tidak tahu harus dari mana memulai untuk membuat sebuah Cerpen. Tidak bisa memilih dan memilah kisah. Daya khayalku sudah mulai berkurang bahkan buntu.
Semua kenangan telah membeku dan aku kesulitan untuk mencairkannya kembali. Apalagi jika harus kujadikan Cerpen.