Mohon tunggu...
AKIHensa
AKIHensa Mohon Tunggu... Penulis - Pensiunan sejak tahun 2011 dan pada 4 Mei 2012 menjadi Kompasianer.

Kakek yang hobi menulis hanya sekedar mengisi hari-hari pensiun bersama cucu sambil melawan pikun.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Malam Purnama Jumat Kliwon

29 Juli 2023   19:21 Diperbarui: 29 Juli 2023   19:42 839
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Foto iStockphoto/Rudi Suardi

Malam Purnama Jumat Kliwon adalah malam yang paling menakutkan bagi penduduk Suluh Hawu.

Kematian beberapa penduduk pada malam purnama setiap Jumat Kliwon tersebut masih banyak meninggalkan misteri.

Malam Purnama yang lalu sosok lelaki paruh baya harus tewas karena gigitan ribuan Kelelawar yang entah dari mana datangnya.

Kepala Dusun Suluh Hawu, Ki Arang Geni selalu menunjukkan rasa prihatin mendalam setiap ada korban yang tewas.

Baca juga: Menunggu

Bahkan dirinya selalu menunjukkan rasa sedihnya ketika puteranya sendiri, Ariaraja juga menjadi korban tewas akibat peritiwa misterius tersebut.

Sebagian besar masyarakat Dusun Suluh Hawu mempercayai peristiwa itu sebagai kutukan dari penghuni Leuweung Hideung, sebuah hutan angker di pinggir dusun tersebut.

Selepas Maghrib itu Bayu Gandana masih sempat berbincang dengan Ki Damar, pemiliki kedai dan penginapan sederhana di dusun Suluh Hawu.

Baca juga: Tumbal Ilmu Hitam

Bayu Gandana, sosok pemuda pengembara dari Padepokan Bayu Suci, Anyer Kidul. Sedangan Ki Damar adalah sosok yang dkenal sebagai Tabib oleh masyarakat di dusun itu.

Mereka berbincang tentang Malam Purnama Jumat Kliwon yang selalu mengincar korban.

"Ki Damar kita harus waspada malam ini kemungkinan ada serangan dari iblis itu."

"Benar Nak Bayu." Jawab Ki Damar kepada pemuda murid kesayangan Kiai Furqon, seorang pemuka agama terpandang di daerah Anyer Kidul.

Sebenarnya Bayu mengetahui dari komunikasinya melalui telepati dengan gurunya, Kiai Furqon ba'da Sholat Subuh tadi bahwa malam Jumat ini ada lagi tokoh masyarakat yang menjadi korban iblis biadab tersebut.

Untuk itulah Bayu harus waspada karena tokoh masyarakat di dusun itu salah satunya adalah Ki Damar, Tabib yang hanya satu-satunya di dusun itu.

Kiai Furqon saat ini masih sedang menekuni ilmu hikmah pada sebuah pulau di tengah Selat Sunda. Pulau Sangiang namanya.

"Nak Bayu! Bagaimana pendapatmu tentang kepala dusun Ki Arang Geni?"

"Ki Damar, tampaknya dalam jiwa Ki Arang Geni ada aura hitam yang sempat terasakan." Jawab Bayu.

Bayu menceritakan sempat berpapasan dengan kepala dusun Suluh Hawu itu saat melakukan takjiah penduduk yang jadi korban tewas akibat kutukan itu.

"Saat itu saya tatap matanya. Ada pijar api di sana. Namun Ki Arang Geni mencoba terus menghindar tatapan saya." Kembali suara Bayu menjelaskan.

"Lalu anehnya para korban tewas itu adalah para pemuka dusun yang menentang Ki Arang Geni. Korban terakhir jadi mangsa ribuan kelelawar itu Ki Sukmadireja."

"Iya Ki Damar. Beliau sosok pemuka agama yang rendah hati. Saya sering diskusi memperdalam ilmu hadist."

Demikian kesan Bayu kepada sosok Ki Sukmadireja yang sudah tewas akibat korban keganasan Malam Purnama Jumat Kliwon.

Sebenarnya Ki Sukmadireja memiliki ilmu kanuragan namun tidak mampu melawan kehebatan Sang Iblis Leuweung Hideung itu.

Mungkin Bayu Gandana sendiri belum tentu mampu menaklukan iblis itu. Ketika Bayu menyembuhkan salah satu penduduk yang kena teluh, dirinya masih mendapatkan bantuan dari gurunya, Kiai Furqon.

"Ki Damar, selama masih ada orang di dusun ini yang menghamba kepada Iblis Leuweung Hideung itu maka korban-korban akan terus berjatuhan."

"Benar Nak Bayu. Tapi mungkinkah Ki Arang Geni adalah orang yang menghamba itu?"

"Saya sendiri belum tahu. Hanya dari teropongan batin tampaknya Ki Arang Geni punya ilmu hitam. Bisa saja asal ilmu itu dari penghuni Leuweung Hideung."

"Kalau begitu mala mini kita harus waspada Nak Bayu. Kita melakukan dzikir di Mushalla saja." Ajan Ki Damar. Bayu Gandana hany mengangguk mengiyakan.

Suasana dusun Suluh Hawu malam Jumat Kliwon itu benar-benar mencekam. Hening tak ada suara hanya sesekali desiran angin dingin menerpa dedaunan pohon-pohon di sekitar hutan itu.

Angin itu berasal dari dalam hutan, suaranya mendesis dan rasanya seperti mengandung mantra-mantra gaib.

Bayu di sela-sela dizkirnya merasakan kejanggalan suara angin itu. Sementara Ki Damar khusyu menghitung biji tasbihnya dengan sebutan Asma Allah. 

 Bulan Purnama di langit yang cerah itu malah kesannya membuat rasa takut. Bulan yang bulat penuh itu seperti menyeringai mencari mangsa.

Semakin larut malam menjelang dini hari, semakin suasana bertambah mencekam. Penduduk dusun itu tidak ada yang bisa tidur semalaman.

Hingga waktu Subuh itu Bayu masih khusyu melakukan dzikir. Di sebelahnya Ki Damar terlihat lelah dan hampir saja tertidur andai saja Bayu tidak segera mengingatkannya.

Bayu dan Ki Damar akhirnya merasa lega karena waktu Subuh pun tiba. Mereka setelah mengambil air wudu lalu menunaikan sholat Subuh.

Mereka masih sempat membaca ayat-ayat suci Al-Quran sambil menunggu waktu Dhuha. Sementara Matahari di luar sana mulai bersinar cerah.

Suasan dusun Suluh Hawu tanpaknya tenang-tenang saja, pikir Bayu. Mugkinkah tidak ada kejadian korban tewas seperti Malam Jumat Purnama yang lalu?

 Baru saja Bayu dan Ki Damar keluar dari Mushalla, mereka terkejut melihat ada puluhan kelelawar mati di sekitar Mushalla. Binatang itu berserakkan seperti terbakar kering. Tercium bau gosong seperti arang dan bercampur bau anyir darah dari bangkai-bangkai kelelawar itu.

Belum selesai merasakan keheranan dengan bangkai-bangkai kelelawar itu, Bayu dan Ki Damar dikejutkan oleh teriakkan seorang penduduk yang berlari menghampiri mereka.

"Ki Damar. Ki Damar. Di sana!" Pria paruh baya ini menunjuk arah ke rumah kepala dusun Ki Arang Geni.

Bayu Gandana dan Ki Damar bergegas setengah berlari menuju kediaman kepala dusun yang saat itu sudah dipenuhi penduduk yang datang.

Suasana rumah kepala dusun sangat ramai sekali dengan obrolan para penduduk yang hadir di sana. Mereka terdiam ketika melihat Ki Damat datang.

Beberapa penduduk yang hadir di sana memberikan jalan kepada Bayu dan Ki Damar untuk masuk ke kamar Ki Arang Geni.

Sungguh tragis, di sana tergeletak tubuh Ki Arang Geni dengan wajah rusak karena terbakar. Matanya melotot tidak bisa lagi ditutup.

Bayu dan Ki Damar hanya bisa saling berpandangan. Mereka sama-sama membatin bahwa pelaku selama ini yang membuat terror Malam Purnama Jumat Kliwon itu adalah Ki Arang Geni.

Tapi kali ini dirinya yang harus menjadi korban karena tidak mampu mempersembahkan korban dari penduduk lainnya.

Bayu yakin sebenarnya sasaran korban malam itu adalah Ki Damar. Namun berkat kekuatan dzikir semalaman di Mushalla itu, Si Iblis itu tidak mampu menembus tabir kuat itu.

Pemuda bersahaja itu berharap terror Malam Purnama Jumat Kliwon ini adalah yang terakhir.

"Ki, besok pagi usai Subuh, hamba pamit melanjutkan perjalanan ke Utara." 

"Nak Bayu terima kasih atas bantuan selama ini. Sehingga dusun ini kembali tenteram." Kata Aki Damar penuh haru.

"Alhamdulillah. Aki segala Puji dan Puja hanya milik Allah. Dengan ijin Allah juga dusun ini kembali tenteram dan damai."

Pagi itu Bayu Gandana bergegas meninggalkan Dusun Suluh Hawu dengan penuh haru. Pemuda ini berjalan melewati Gerbang Utara menuju arah Cilegon.

@hensa17. 

BERSAMBUNG

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun