Dalam kesepaktannya dengan Iblis bermata satu, Aki Geni bersedia menyediakan tumbal yang diminta oleh Iblis tersebut biasanya pada setiap malam Jumat bulan Purnama.
Suasana malam di Dusun Suluh Hawu sangat mencekam. Tidak ada satu penduduk yang berani keluar dari rumah mereka.
Malam ini adalah malam Jumat Purnama. Penduduk di dusun itu mempercayai sebuah tahayul datangnya arwah jahat menagih tumbal untuk dusun tersebut.
Mungkin itulah sebabnya para penduduk tidak ada yang berani keluar rumah selepas Maghrib tadi.
Masyarakat Banten saat itu masih sangat kental mempercayai tahayul-tahayul sesat. Kepercayaan sisa-sisa masyarakat lama yang lebih meyakini adanya ruh-ruh jahat yang menguasai mereka.
Di Dusun Suluh Hawu itu, tahayul adanya Iblis bermata satu dari Leuweung Hideung menjadi bukti bagi pembenaran kepercayaan sesat bagi penduduk setempat.
Salah satu tumbal yang menjadi bukti bagi masyarakat itu adalah kematian Ariaraja yang mengerikan. Ariaraja adalah anak kesayangan Arang Geni yang akrab dipanggil Aki Geni, Kepala Dusun Suluh Hawu.
Sejak kematian Ariaraja, penduduk dusun itu kembali meyakini bahwa kutukan yang menimpa dusun mereka kembali datang seperti terjadi beberapa puluh tahun sebelumnya.
Para penduduk itu sangat terharu ketika pada upacara pemakaman Ariaraja, kepala dusun yang juga adalah ayah dari korban terlihat sangat sedih.
Ki Geni, kepala dusun itu, tidak lupa mengingatkan masyarakat harus waspada dengan kutukan yang kembali menimpa dusun mereka.
Masyarakat dusun itu tidak tahu sebenarnya Ariaraja adalah tumbal dari Ilmu hitam yang tengah ditekuni oleh Ki Geni, ayahnya sendiri.