Tidak, sebenarnya apa yang ada dalam pikiran ini. Hati Prasaja seakan memberontak. Dia juga ingat ketika Adzkia mengagumi kecantikan Anindia dan mereka begitu akrab berbincang saat pertemuan pertama mereka.
Prasaja keluar dari ruangan Direktur Produksi dengan membawa beberapa kesepakatan dan keputusan manajemen terutama tentang masalah tebu terbakar yang sudah tertangani dengan baik. Terakhir adalah masalah lingkungan juga sudah berakhir dengan happy ending.
Prasaja boleh merasakan kelegaan yang luar biasa usai bertemu dengan Direktur Produski, Ir Budi susilo. Mobil yang membawanya dari Surabaya ke Malang via Tol semakin terasa singkat.
Anehnya sepanjang perjalanan Surabaya-Malang, pikirannya selalu dipenuhi wajah Anindia. Wanita yang jelas tidak mungkin bisa dilupakannya begitu saja.
Hampir Maghrib Prasaja tiba di rumah disambut senyum manis istri tercinta, Adzkia. Satu-satunya wanita yang paling dia cintai hingga saat ini.
"Mas Pras! Hari ini ada kejutan." Adzkia menggandeng tangan suaminya menuju ruang tengah.
Sikap istrinya ini membuat Prasaja penasaran, sebenarnya ada apa ini. Ketika di ruang tengah Prasaja terperangah melihat seseorang yang ada di depannya.
"Hai Mas Pras!" Sebuah sapa lembut dari seorang wanita yang selama ini sangat dekat di hati Prasaja.
Ya benar, di sana berdiri Anindia Nilajuwita dengan senyum anggunnya, menyapa lembut lelaki kalem itu.
Prasaja membalas sapa Anindia dengan tersenyum. Mereka bertiga berbincang di ruang tengah Rumah Besar peninggalan Belanda itu sambil menikmati makan malam.
Sangat akrab terutama sikap Adzkia yang sangat senang dengan kehadiran Anindia. Dua wanita ini sangat akrab berbincang.