Bagaimana kalau Raisa saja yang menjadi solusi paling tepat untuk menanggulangi masalah ini.
Ya Raisa sendiri sangat ingin tinggal bersama Bude nya. Seringkali gadis kecil ini memohon kepada Mamanya untuk tinggal di Malang bersama Adzkia.
Setiap ada acara keluarga di Bogor terutama dalam merayakan Idul Fitri atau Idul Adha, Raisa terlihat sangat lengket bersama Budenya.
Kemanapun Adzkia pergi selalu bersama Raisa. Mereka sangat dekat baik secara fisik maupun batin.
Pernah ketika Raisa sakit demam, anak ini selalu menyebut-nyebut nama Budenya. Kedekatan secara batin diantara mereka jelas terasa.
Renata Utami, adik bungsu Prasaja, tentu tidak mudah meluluskan permintaan agar putrinya tinggal di Malang seperti diharapkan Adzkia.
Malam itu sebuah keputusan besar sudah Prasaja lakukan. Di tempat tidur itu ketika Adzkia dalam pelukan Prasaja, dirinya sempat membisikkan sesuatu kepada istrinya. Bahwa dirinya tidak bisa memenuhi permintaan untuk menikahi Anita. Keputusan yang tegas.
Adzkia terlihat menitikkan air mata dalam pelukan suami tercinta. Sementara Prasaja semakin erat memeluknya.
"Aya, sudahlah. Aku selalu menyayangimu dan bahagia walau tanpa kehadiran momongan." Suara Prasaja berbisik di telinga Sang Istri.
"Mas maafkan aku."
"Tidak ada yang perlu dimaafkan sayang." Mendengar ini isak tangis Adzkia semakin menjadi.