Sementara itu masalah pabrik gula demikian menyita waktu Prasaja. Terutama masalah-masalah yang sifatnya sosial dan intrik-intrik di seputar para pelaku bisnis tebu.
Belum lagi masalah yang sangat aktual setiap musim giling berlangsung yaitu topik lingkungan.
Setiap tahun topik ini selalu hangat dibicarakan. Bagi Prasaja ada hal yang sangat membuat dirinya trauma jika bicara masalah lingkungan ini.
Tahun lalu pabrik gula yang jadi tanggung jawabnya mendapat peringkat hitam. Peringkat yang membuat dirinya mendapat peringatan dari Direksi.
Prasaja berharap tahun ini peringkat yang diraih adalah peringkat yang lebih baik dari tahun lalu. Berbagai upaya sudah dilakukan dengan maksimal.
Siang itu Surabaya sangat terik. Udara panas khas Kota pesisir semakin menyengat setiap pori-pori kulit yang semakin menghitam.
Dalam ruang AC sekalipun udara panas ini masih berpengaruh. Prasaja masih terasa gerah meski berada di ruang ber AC milik Direktur Produksi.
"Pras! Selamat ya!" Ujar Direktur Produksi, Ir. Budi Susilo. Alumni Teknik Kimia dari sebuah Perguruan Tinggi Negeri di Bandung ini, mengulurkan tangannya yang disambut oleh Prasaja dengan terheran-heran.
"Maaf Pak. Selamat untuk apa?" Prajasa bertanya keheranan. Budi Susilo hanya tersenyum.
"Tadi pagi baru saja menerima kedatangan Bu Anindia dari Kantor Lingkungan Hidup Jakarta. Membawa kabar hasil peringkat pabrik gula."
"Bu Anindia?"