Mohon tunggu...
AKIHensa
AKIHensa Mohon Tunggu... Penulis - PENSIUNAN sejak tahun 2011 dan pada 4 Mei 2012 menjadi Kompasianer.

KAKEK yang hobi menulis hanya sekedar mengisi hari-hari pensiun bersama cucu sambil melawan pikun.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Mengenang 45 Tahun Lalu, Timnas Garuda "Nyaris" Lolos ke Olimpiade Montreal

26 Februari 2021   04:35 Diperbarui: 26 Februari 2021   16:14 628
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Anjas Asmara, Legenda Timnas Garuda (Foto Viola Kurniawati/Istimewa) 

Malam itu, 26 Februari 1976, Stadion Utama Gelora Bung Karno menjadi saksi bisu laga seru antara Timnas Garuda melawan Korea Utara.

BACA JUGA : Setelah Polri Beri "Lampu Hijau" Liga 1 Bergulir

Laga final tersebut untuk memperebutkan satu tiket menuju Olimpiade Montreal sekaligus mengulang pencapaian 20 tahun sebelumnya di Olimpiade Melbourne tahun 1956.

Tahun 1956 menjadi masa terbaik Timnas Garuda bersama pelatih asal Yugoslavia, Tony Pogacnik, yang mampu masuk hingga ke perempat final di ajang sepakbola Olimpiade Melbourne.

Saat itu Garuda berhasil menahan imbang kesebelasan Uni Soviet yang merupakan tim terkuat pada masa itu dengan skor 0-0. Namun pada laga ulang Garuda akhirnya kalah 0-4.

Skuad Tim Nasional Indonesia waktu itu diperkuat oleh punggawa terbaiknya yaitu Maulwi Saelan, Sasjid, Chaeruddin, Ramlan, Sidhi, Tan Liong Houw, Aang Witarsa, Djamiat, Phoa Sian Liong, Danu, Thio Him Tjiang dan sang bintang Ramang, yang kehebataannya tercatat dalam situs resmi FIFA.

Wiel Coerver, Pelatih Belanda Pembawa Asa Garuda

Dua puluh tahun kemudian, Pelatih asal Belanda, Wiel Coerver adalah sosok pelatih yang mencoba mengulang prestasi tersebut walaupun akhirnya tidak berhasil.

Arsitek asal Belanda Wiel Coerver dan asistennya Wim Hendriks didatangkan demi target lolos Kualifikasi Olimpiade 1976. Coerver punya catatan prestasi gelar Piala UEFA bersama Feyenoord Rotterdam.

Coerver adalah pelatih yang sangat disiplin dalam menangani Timnas Garuda saat itu. Skuad Garuda benar-benar dipersiapkan secara serius.

Mereka memulai persiapan untuk menghadapi babak kualifikasi Grup II Asia Olimpiade Montreal Kanada 1976 dengan mengadakan pelatnas jangka panjang.

Wiel Coerver juga melakukan evaluasi secara teliti bagi pemain-pemain pilihan yang telah disodorkan oleh PSSI. Pelatih Belanda ini berhak memutuskan pemain mana yang masuk dalam skuadnya.

Pemain-pemain yang akhirnya lolos seleksi : Rony Paslah (penjaga gawang), Harry Muryanto, Oyong Liza, Suhatman, Yohanes Auri, Lukman Santoso, Andjas Asmara, Nobon, Waskito, Iswadi Idris, Djunaedi Abdillah, Suaeb Rizal dan Risdianto.

Ronny Pattinasarani salah satu gelandang terbaik Indonesia saat itu sedang mengalami sakit sehingga sejak awal tidak dipanggil oleh Wiel Coerver.

Coerver adalah pelatih yang sudah terbiasa berurusan dengan tim-tim sepakbola kelas dunia. Dalam menyiapkan Timnas Garuda dilakukan dua uji coba kelas dunia. Formasi saat itu menggunakan skema 4-4-2 yang menjadi andalan dengan duet penyerang Waskito dan Risdianto. 

Uji coba paling penting program Wiel Coerver saat itu dari Timnas Garuda adalah melakukan pertandingan segi tiga dengan dua klub Eropa yaitu Ajax Amsterdam dan Manchester United. 

Dalam dua uji coba, kesebelasan Indonesia menelan kekalahan 1-4 dari Ajax, namun mampu menahan 0-0 Manchester United.

Akhirnya Timnas Garuda kebanggaan kita berhasil mencapai babak final pra Olimpiade Grup II Zona Asia. Indonesia menyisihkan Papua New Guinea, Singapore dan Malaysia untuk lolos ke final melawan Korea Utara.

Babak kualifikasi ini berlangsung dari 15 - 26 Februari 1976. Indonesia berada satu grup bersama dengan Korea Utara, Malaysia, Singapura, dan Papua Nugini.

Pada laga pertama, Indonesia hanya bermain imbang 0-0 melawan Singapura sebelum membantai Papua Nugini 8-2. Akan tetapi di pertandingan ketiga Indonesia dikalahkan Korea Utara 1-2.

Kekalahan ini membuat peluang Indonesia tertutup karena berada di peringkat ketiga di bawah Malaysia dan Korea Utara yang tidak terkalahkanotomatis lolos ke laga final.

Lawan Korea Utara ditentukan dari laga terakhir dua tim yaitu antara Indonesia dan Malaysia. Bagi Indonesia laga ini harus dimenangkan sedangakna Malaysia cukup mencari hasil imbang. Akhirnya gol Iswadi Idris dan Risdianto membawa Indonesia unggul 2-1 atas Malaysia dan lolos ke Final berjumpa Korea Utara.

Laga final yang fenomenal itu berlangsung mencekam dengan membludaknya 120 ribu supporter Timnas Garuda. Stadion Utama Gelora Bung Karno sangat meriah dengan suporter bahkan dikabarkan sampai memenuhi lintasan atletik.

Pertandingan final dipimpin oleh wasit asal Jepang yaitu Toshio Asami. Laga tersebut akhirnya berakhir 0-0 sampai menghabiskan 120 menit. Penentuan pemenang dilakukan dengan adu penalti.

Drama Adu Penalti yang Mencekam

Wiel Coerver sudah menyiapkan tujuh penendang sebagai algojo babak adu tendangan penalti ini. Mereka sudah siap melakukan tugasnya membawa Timnas Garuda terbang tinggi.

Lima penendang pertama Indonesia adalah kapten Iswadi Idris, Junaedi Abdillah, Waskito, Oyong Liza, dan Anjas Asmara. Sementara Risdianto dan Suaeb Rizal disiapkan sebagai penendang berikutnya apabila babak tos tosan ini berlanjut hingga ke babak sudden death.

Tiga penendang pertama Indonesia semuanya berhasil. Sementara tiga penendang Korut, Ah Sen Uk dan Yang Song Guk berhasil mencetak gol sedangkan Park Jong Hun gagal bolanya ditepis Roni Pasla. 

Sehingga Indonesia unggul 3-2 pada posisi 3 penendang pertama. Penendang ke-4 Korut, Ma Yong Uk berhasil menyamakan kedudukan menjadi 3-3 sedangkan giliran  Oyong Liza gagal karena tembakannya bisa dimentahkan kiper Korut, Jin In Chol. 

Kim Jong Min menjadi penendang terakhir untuk Korut dari 5 tembakan adu penalti ini. Roni Paslah berhasil menggagalkan tembakan pemain Korut ini membuat suporter bersorak gembira. Indonesia masih memiliki penendang ke-5 yaitu Anjas Asmara.

Selangkah lagi Garuda terbang ke Montreal Kanada untuk putaran final.  Anjas sudah siap menghadapi bola di titik putih. Namun sangat disayangkan tendangannya ditepis oleh Jin In Chol. Andai saja Anjas berhasil mencetak gol maka Garuda meraih tiket tersebut. 

Lima penendang sudah melakukan tugas mereka namun kedudukan masih 3-3 dan membawa adu pinalti tersebut ke babak sudden death. 

Pada lanjutan penendang ke-6, Korut berbalik unggul 4-3 melalui Kim Zung Gon.  Kemudian Risdianto menyamakan kedudukan 4-4. Korut kembali unggul 5-4 setelah Ronny Paslah gagal menghalau tendangan Hong Song Nam.

Beban berat ada di pundak Sueb Rizal sebagai algojo selanjutnya karena lolos tidaknya Indonesia berada di kakinya. Percaya diri dalam melakukan tendangan penalti, namun Sueb justru bolanya melenceng jauh dari gawang. Indonesia kalah dan Garuda gagal terbang ke Montreal.

Para pemain Indonesia pun larut dalam kesedihan. Mereka gagal berdiri sejajar dengan skuad Olimpiade Melbourne 1956. Anjas Asmara mengaku bahwa kegagalan di final tersebut adalah titik terendah dalam karir sepakbolanya yang tercatat dalam sejarah.  

Kendati demikian laga malam itu bagi pelatih Wiel Coerver benar-benar meninggalkan kesan yang luar biasa.

"Tidak pernah saya jumpai publik yang begitu solider dengan tim nasionalnya," ujar Coerver terkesan atas kecintaan masyarakat Indonesia pada sepakbola seperti dilansir Goal.com (22/4/2011).

Mungkin Coerver sangat takjub pada kesetiaan 120 ribu supporter Timnas Garuda yang mau menerima kenyataan Timnas kesayangan mereka harus mengubur mimpinya berlaga di Olimpiade Montreal.

Kisah mengharukan 45 tahun lalu yang tetap terkenang dan tercatat dalam sejarah sepakbola nasional. Namun sampai kapanpun supporter Garuda selalu mendukung Tim Nasional kebanggan kita bersama.

Salam bola @hensa 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun