Malam itu, 26 Februari 1976, Stadion Utama Gelora Bung Karno menjadi saksi bisu laga seru antara Timnas Garuda melawan Korea Utara.
BACA JUGA : Setelah Polri Beri "Lampu Hijau" Liga 1 Bergulir
Laga final tersebut untuk memperebutkan satu tiket menuju Olimpiade Montreal sekaligus mengulang pencapaian 20 tahun sebelumnya di Olimpiade Melbourne tahun 1956.
Tahun 1956 menjadi masa terbaik Timnas Garuda bersama pelatih asal Yugoslavia, Tony Pogacnik, yang mampu masuk hingga ke perempat final di ajang sepakbola Olimpiade Melbourne.
Saat itu Garuda berhasil menahan imbang kesebelasan Uni Soviet yang merupakan tim terkuat pada masa itu dengan skor 0-0. Namun pada laga ulang Garuda akhirnya kalah 0-4.
Skuad Tim Nasional Indonesia waktu itu diperkuat oleh punggawa terbaiknya yaitu Maulwi Saelan, Sasjid, Chaeruddin, Ramlan, Sidhi, Tan Liong Houw, Aang Witarsa, Djamiat, Phoa Sian Liong, Danu, Thio Him Tjiang dan sang bintang Ramang, yang kehebataannya tercatat dalam situs resmi FIFA.
Wiel Coerver, Pelatih Belanda Pembawa Asa Garuda
Dua puluh tahun kemudian, Pelatih asal Belanda, Wiel Coerver adalah sosok pelatih yang mencoba mengulang prestasi tersebut walaupun akhirnya tidak berhasil.
Arsitek asal Belanda Wiel Coerver dan asistennya Wim Hendriks didatangkan demi target lolos Kualifikasi Olimpiade 1976. Coerver punya catatan prestasi gelar Piala UEFA bersama Feyenoord Rotterdam.
Coerver adalah pelatih yang sangat disiplin dalam menangani Timnas Garuda saat itu. Skuad Garuda benar-benar dipersiapkan secara serius.