Pada lanjutan penendang ke-6, Korut berbalik unggul 4-3 melalui Kim Zung Gon. Kemudian Risdianto menyamakan kedudukan 4-4. Korut kembali unggul 5-4 setelah Ronny Paslah gagal menghalau tendangan Hong Song Nam.
Beban berat ada di pundak Sueb Rizal sebagai algojo selanjutnya karena lolos tidaknya Indonesia berada di kakinya. Percaya diri dalam melakukan tendangan penalti, namun Sueb justru bolanya melenceng jauh dari gawang. Indonesia kalah dan Garuda gagal terbang ke Montreal.
Para pemain Indonesia pun larut dalam kesedihan. Mereka gagal berdiri sejajar dengan skuad Olimpiade Melbourne 1956. Anjas Asmara mengaku bahwa kegagalan di final tersebut adalah titik terendah dalam karir sepakbolanya yang tercatat dalam sejarah. Â
Kendati demikian laga malam itu bagi pelatih Wiel Coerver benar-benar meninggalkan kesan yang luar biasa.
"Tidak pernah saya jumpai publik yang begitu solider dengan tim nasionalnya," ujar Coerver terkesan atas kecintaan masyarakat Indonesia pada sepakbola seperti dilansir Goal.com (22/4/2011).
Mungkin Coerver sangat takjub pada kesetiaan 120 ribu supporter Timnas Garuda yang mau menerima kenyataan Timnas kesayangan mereka harus mengubur mimpinya berlaga di Olimpiade Montreal.
Kisah mengharukan 45 tahun lalu yang tetap terkenang dan tercatat dalam sejarah sepakbola nasional. Namun sampai kapanpun supporter Garuda selalu mendukung Tim Nasional kebanggan kita bersama.
Salam bola @hensaÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H