"Erika!" Aku bergegas menghampiri meja di mana Erika berada.Â
Kutatap wanita di depanku ini. Kami membisu hanya mampu saling berpandangan. Erika masih anggun seperti dulu.Â
Rambutnya masih panjang terurai indah sebatas bahu. Dia menatapku dengan matanya yang teduh. Ada seulas senyumnya yang khas sangat menenteramkan hati.Â
"Rika, apa kabar?"Â
"Baik, kamu Hen?"Â
"Baik. Tiga puluh tahun ya kita tidak bertemu."
"Iya tidak terasa ya. Kamu punya anak berapa?"Â
"Dua, laki-laki dan perempuan. Mereka sekarang sudah kuliah di Bandung."
"Kamu masih dosen di Bogor?"Â
"Iya tapi seminggu sekali pulang ke Bandung. Istriku menemani anak-anak di sana."Â
"Hen, aku seperti mimpi bisa ketemu kamu," suara Erika masih dalam tatapan matanya memandangku.Â