"Peristiwa itu sepertinya baru kemarin padahal itu sudah lama sekali beberapa tahun sudah berlalu." Kembali suara Prasaja seakan bergumam kepada diri sendiri.
"Iya Mas seperti baru kemarin. Pernikahan kita saja sudah 7 tahun."
"Walaupun sudah lebih dari 7 tahun yang lalu tapi kecantikan Adzkia Samha Saufa masih seperti dulu." Puji tulus dari Prasaja membuat wajah Adzkia tersipu malu, merona jambu. Pujian seorang suami kepada istri yang sangat dikaguminya.
"Gombal!" Kata Adzkia dengan senyum tersipu dan sebuah cubitan mesra mendarat di lengan Prasaja.
"Bukan gombal sayang. Ini fakta. Aku yakin dengan mata hatiku bahwa Aya tetap cantik tidak kalah dengan artis sinetron di Televisi."
Ada senyum menawan di bibir Adzkia, senyum kebahagiaan. Senyum itu juga penuh degan cintanya kepada Prasaja, lelaki idamannya yang sekarang sudah menjadi suaminya.
"Ah sudah Mas jangan lebay! Sarapannya cepat dihabiskan. Sudah ditunggu Pak Diman tuh!" Kata Adzkia sambil memandangku protes.
Prasaja hanya tertawa kecil. Pak Diman yang dimaksud adalah sopir Perusahaan sebuah BUMN.
Setiap pagi, Prasaja selalu sarapan bersama istrinya. Menikmati hidangan nasi goreng buatan Adzkia, istri tercinta. Bercanda bersama sambil bercerita, merupakan kebahagiaan tersendiri bagi kedua pasangan bahagia ini.
Hanya saja kebahagiaan itu rasanya belum lengkap karena sampai saat ini mereka masih belum juga dikaruniai seorang anak. Walaupun sebenarnya mereka sudah menikah selama 7 tahun. Pemeriksaan kesehatan rutin juga selalu dilakukan ke dokter spesialis kandungan.
"Semuanya sehat Bu. Demikian pula untuk Bapak, tidak ada hal-hal yang perlu dirisaukan." Begitulah kata dokter saat mereka berkonsultasi. Namun faktanya hingga saat ini masih juga belum berhasil memiliki momongan.