Bukan apa-apa, Prasaja Utama memang sangat menyukai nasi goreng buatan istrinya. Pria ganteng yang kalem ini menyebutnya dengan Nasi Goreng Cinta. Hidangan istimewa sarapan sebelum pergi bekerja.
Prasaja berjalan menuju meja makan sementara istrinya yang cantik dan anggun ini masih sibuk menata hidangan.
Mereka adalah pasangan suami istri yang sangat ideal, sangat serasi. Apalagi jika mereka duduk bersanding maka terlihat ada aura serasi dari keduanya sebagai pasangan yang saling setia.
BACA JUGA : Poligami
Pasangan suami istri ini sangat mesra duduk menghadap meja makan sambil menikmati hidangan sarapan. Sesekali terdengar tawa mereka memenuhi ruang makan tempat mereka saparan.
Prasaja sungguh beruntung memiliki seorang istri yang pandai memasak sehingga apapun yang dihidangkan istrinya adalah masakan yang terasa lezat.
Istri Prasaja bernama lengkap Adzkia Samha Saufa. Sehari-hari Prasaja menyapanya dengan Aya sebagai panggilan sayang. Prasaja menikahi wanita cantik ini sudah 7 tahun yang lalu saat dirinya masih berusia 25 tahun sedangkan Adzkia saat itu berusia 23 tahun.
Prasaja lulus S1 dari sebuah Perguruan Tinggi ternama di Bandung. Mereka berdua sebenarnya kuliah dalam satu Kampus walaupun mereka berbeda fakultas dan Adzkia adalah mahasiswa angkatan dibawahnya.
Teringat dulu saat Prasaja berkenalan dengan Adzkia. Itu terjadi saat ada acara kegiatan di Masjid Kampus. Muhammad Rafli sahabat dekat Prasaja adalah kakak kandung Adzkia. Dialah orang yang berjasa memperkenalkan adiknya.
"Pras! Kenalkan ini adikku," kata Rafli sambil mengalihkan kepada gadis di sampingnya.
"Adzkia." Kata gadis itu menyebutkan namanya sambil tersenyum.
"Prasaja Utama." Kata Prasaja sambil menjabat tangan yang lembut itu.
"Aya baru kali ini ikut kegiatan di Masjid Kampus ini." Suara Rafli menjelaskan kepada Prasaja. Dalam pikiran Prasaja memang baru pertama kalinya dia berjumpa gadis ini dalam acara pengajian rutin di Masjid Kampus ini.
"Oh ya panggilannya Aya?" Tanya Prasaja sambil menatap gadis cantik berhijab ini. Aya hanya mengangguk sambil tersenyum. Prasaja merasakan rasa damai menatap wajah tenang gadis itu.
Nama Adzkia Samha Saufa yang diberikan orang tuanya memiliki arti wanita yang cerdas, murah hati dan penyabar. Nama yang melekat pada dirinya menunjukkan ciri kepribadian gadis ini. Prasaja Utama sangat bersyukur bisa mengenal Aya, wanita yang cerdas, murah hati dan penyabar.
Saat itu sejak perkenalan dengan Adzkia, Prasaja selalu teringat kepada gadis itu dan akhirnya memang Tuhan sudah menuliskan Takdir-Nya sehingga saat ini Prasaja telah dizinkan Tuhan mempersunting Aya menjadi istrinya.
Kisah cinta Prasaja dengan Adzkia lebih banyak dihabiskan dalam keseharian kegiatan di Masjid Kampus ini. Berbahagialah Prasaja bertemu dengan gadis cerdas sholehah dan cantik seperti Adzkia. Baginya, Adzkia adalah seorang wanita yang sangat istimewa yang hadir dalam hidupnya.
Wajahnya yang lembut memancarkan kecantikannya yang utuh alami. Tidak aneh jika Prasaja selalu betah memandang wajah cantiknya karena membuat hatinya selalu sejuk dan damai.
"Mas. Kok, makan sambil melamun?" Prasaja dikejutkan oleh teguran istrinya sekaligus membuyarkan semua lamunan masa indah perkenalan pertamanya dulu bersama Adzkia yang sekarang sudah menjadi istrinya.
"Oh iya. Tadi tiba-tiba saja aku ingat masa-masa di Masjid Kampus dulu saat pertama kali berkenalan denganmu." Kata Prasaja tersenyum penuh arti.
"Ah rupanya Mas Pras sedang bernostalgia." Suara Adzkia terdengar senang sementara pipinya merona merah mungkin Adzkia juga teringat kenangan indah itu dulu.
"Peristiwa itu sepertinya baru kemarin padahal itu sudah lama sekali beberapa tahun sudah berlalu." Kembali suara Prasaja seakan bergumam kepada diri sendiri.
"Iya Mas seperti baru kemarin. Pernikahan kita saja sudah 7 tahun."
"Walaupun sudah lebih dari 7 tahun yang lalu tapi kecantikan Adzkia Samha Saufa masih seperti dulu." Puji tulus dari Prasaja membuat wajah Adzkia tersipu malu, merona jambu. Pujian seorang suami kepada istri yang sangat dikaguminya.
"Gombal!" Kata Adzkia dengan senyum tersipu dan sebuah cubitan mesra mendarat di lengan Prasaja.
"Bukan gombal sayang. Ini fakta. Aku yakin dengan mata hatiku bahwa Aya tetap cantik tidak kalah dengan artis sinetron di Televisi."
Ada senyum menawan di bibir Adzkia, senyum kebahagiaan. Senyum itu juga penuh degan cintanya kepada Prasaja, lelaki idamannya yang sekarang sudah menjadi suaminya.
"Ah sudah Mas jangan lebay! Sarapannya cepat dihabiskan. Sudah ditunggu Pak Diman tuh!" Kata Adzkia sambil memandangku protes.
Prasaja hanya tertawa kecil. Pak Diman yang dimaksud adalah sopir Perusahaan sebuah BUMN.
Setiap pagi, Prasaja selalu sarapan bersama istrinya. Menikmati hidangan nasi goreng buatan Adzkia, istri tercinta. Bercanda bersama sambil bercerita, merupakan kebahagiaan tersendiri bagi kedua pasangan bahagia ini.
Hanya saja kebahagiaan itu rasanya belum lengkap karena sampai saat ini mereka masih belum juga dikaruniai seorang anak. Walaupun sebenarnya mereka sudah menikah selama 7 tahun. Pemeriksaan kesehatan rutin juga selalu dilakukan ke dokter spesialis kandungan.
"Semuanya sehat Bu. Demikian pula untuk Bapak, tidak ada hal-hal yang perlu dirisaukan." Begitulah kata dokter saat mereka berkonsultasi. Namun faktanya hingga saat ini masih juga belum berhasil memiliki momongan.
Hal ini yang membuat Prasaja merasa prihatin. Kendati begitu mereka selama ini tidak pernah berhenti berusaha. Pernah juga mereka sengaja mengambil liburan selama seminggu katakanlah mirip-mirip bulan madu kedua.
Selama liburan itupun mereka merasakan kebahagiaan seperti halnya pengantin baru. Saat kembali bertemu dengan rutinitas sehari-hari ada perasaan semangat baru.
Upaya itupun ternyata masih belum membuahkan hasil. Untuk menjaga hal-hal yang tidak diinginkan, pemeriksaan Pap smear atau Pap test selalu dilakukan Adzkia setahun sekali.
Pemeriksaan ini adalah metode screening ginekologi untuk memeriksa rahim yang dilakukan oleh dokter kandungan. Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui sejak dini adanya sel penyebab kanker.
Sejauh ini hasilnya selalu baik tidak ditemukan hal-hal yang mengingdikasikan kelainan serviks. Hanya saja dalam 5 tahun terakhir ini Adzkia sudah tidak melakukan Pap test lagi, Walaupun Prasaja sudah berkali-kali mengingatkannya.
"Iya Mas! Nanti saja bulan depan." Adzkia selalu memberikan jawaban serupa, setiap Prasaja mengingatkannya.
"Catat ya sayang! Jadwal bulan depan pemeriksaan rutin!" Tegas suaminya.
"Iya, iya Mas! Aku sudah catat!" Kata Adzkia sambil tangannya mengambil spidol dan menuliskan jadwal di papan white board itu.
Sebenarnya Prasaja selalu merasakan yang saat ini diharapkan istrinya. Namun demikian, hari-hari bersama istri tercinta selalu penuh dengan canda dan tawa riang seakan semua rasa gundah itupun hilang begitu saja. Kebahagiaan selalu hadir saat istri tercinta bersamanya.
Prasaja tetap sangat bersyukur atas nikmat-nikmat yang diberikan. Mungkin belum saatnya Tuhan menitipkan seorang anak untuk mereka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H