"Siapa yang kangen? Ya pasti dong," kata Aini dengan wajah memerah jambu tanda rasa malu. Cantik sekali aku melihat wajah Aini saat merona merah jambu menahan rasa malu.
"Sudahlah Hensa. Ayo selesaikan pekerjaan analisa hari ini, " seru Aini sambil bergegas membawa sampel-sampel menuju ruangan Instrumen Analisa.Â
Aku hanya tertawa melihat Aini salah tingkah. Melihat aku tertawa masih sempat Aini melempar pandangan mendelik sambil bibirnya pura-pura cemberut. Â Â
Sementara itu di luar awan mulai membuat kota Bogor menjadi gelap dan hujan sudah mulai turun deras. Hingga pekerjaan analisa di laboratorium usaipun hujan masih belum reda.Â
Aini menawarkan agar aku pulang bersamanya menggunakan mobilnya dan motorku dititipkan saja di parkiran kampus, namun aku lebih baik menunggu hujan reda. Aini akhirnya meninggalkanku sendirian di laboratorium yang sudah mulai sepi.
Hujan baru reda sehabis adzan Isya berkumandang. Aku baru meninggalkan laboratorium setelah selesai sholat Isya. Sebenarnya saat aku keluar dari tempat parkir motor masih ada gerimis tersisa namun aku meneruskan niatku untuk pulang apalagi perut sudah mulai lapar.Â
Seperti biasa aku mampir di sebuah warung makan di komplek Ruko itu. Pengunjungnya malam itu cukup ramai juga mungkin karena hujan sehingga banyak diantara mereka yang masih tertahan di warung itu.Â
Tapi sebenarnya warung itu cukup ramai karena masakannya cukup enak dan harganya terjangkau untuk kalangan mahasiswa.
Mengambil tempat duduk yang langsung berhadapan dengan Televisi yang sedang menyiarkan talk show tentang topik perseteruan KPK vs Polri.Â
Ah tidak begitu menarik dialog mereka para pengamat itu sungguh sangat membosankan. Akhirnya akupun asyik melahap santap malam pesananku.Â
Sesekali saja mataku menikmati acara televisi itu bukan karena menarik topiknya tapi menarik karena pembawa acaranya yang wajahnya cantik agak mirip mirip Erika.Â