Mohon tunggu...
AKIHensa
AKIHensa Mohon Tunggu... Penulis - Pensiunan sejak tahun 2011 dan pada 4 Mei 2012 menjadi Kompasianer.

Kakek yang hobi menulis hanya sekedar mengisi hari-hari pensiun bersama cucu sambil melawan pikun.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[Cerpen] Tangga Perpustakaan Kampusku

25 Juli 2019   14:04 Diperbarui: 18 Desember 2023   15:09 252
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Salah satu sudut Kebun Raya Bogor (Foto Bersatoe.com) 

"Dengarlah Ri, mari kita lebih banyak menggunakan logika, bukankah kau selalu berkata begitu?. Sekarang mari kita berfikir apa yang terjadi andainya aku membawamu lari dan berarti kita harus meninggalkan bangku kuliah ini. Lalu..," suaraku dipotong Erika.

"Cukup Hensa!" kata Erika sambil memandangku tajam.

 "Aku tahu, kau ini pengecut dan sudah tidak seperti dulu lagi. Kau hanya ingin mementingkan diri sendiri. Kau tak mau mengerti diriku. Hensa, lebih baik kita tak usah bertemu lagi !" kata Erika tegas dan dia cepat-cepat meninggalkan perpustakaan sambil terisak. Sementara aku masih termangu di sana.

Sudah tiga hari ini aku tidak pernah lagi bertemu dengan Erika dan ini adalah hari yang keempat. Ketika aku baru saja turun dari perpustakaan, aku berpapasan dengan Erika di tangga itu. Ia tersenyum manis walaupun begitu aku melihat kedua matanya nampak merah seperti habis menangis.

"Bagaimana kabar Ri?" sapaku.

"Baik-baik dan kamu Hensa?" kata Erika. Aku mengangkat bahu sambil tersenyum dan Erika membalas senyumku. Lalu kami sama-sama menuruni tangga-tangga perpustakaan.

"Aku ingin berbincang denganmu Hensa, boleh bukan?".

"Oh tentu saja" kataku datar.

"Kau mau memaafkanku tentang peristiwa kemarin?".

"Rika lupakan saja. Aku dapat memaklumi perasaanmu saat itu!" kataku dan  Erika kembali tersenyum. 

Maka siang itu kami melanjutkan perbincangan di sebuah restoran di Jalan Surya Kencana Pasar Bogor. Meja di pojok ruangan itu masih kosong dan kami duduk di sana sambil mencicipi segelas es alpukat. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun