Mohon tunggu...
AKIHensa
AKIHensa Mohon Tunggu... Penulis - PENSIUNAN sejak tahun 2011 dan pada 4 Mei 2012 menjadi Kompasianer.

KAKEK yang hobi menulis hanya sekedar mengisi hari-hari pensiun bersama cucu sambil melawan pikun.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Limbah Cair Memuakkan Itu

9 Mei 2016   14:52 Diperbarui: 12 Mei 2016   12:47 298
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sebuah Loko peniggalan Belanda yang masih beroperasi di pabrik gula (Foto Hensa)

Aku tahu sikapku ini melawan arus karena aku tidak mau berkompromi untuk bermain mata dengan oknum-oknum yang menyukai petualangan. Ada baiknya aku harus membicarakan hal ini dengan Solihin, Kabag Pabrikasi.

Usai makan siang itu, aku sengaja tidak langsung menuju ruang kerja Aministratur namun diam-diam dengan berjalan kaki menuju Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) di belakang Pabrik. Seorang petugas datang menghampiriku.

“Selamat siang pak ADM!” sebutan jabatanku biasanya mereka singkat menjadi ADM yaitu kebiasaan yang sudah lama di PG panggilan untuk Administratur.

“Ini pH nya berapa?” (pH adalah ukuran keasaman air limbah semakin asam semakin berbahaya karena akan menyebabkan korosi pipa-pipa.)

“pH sangat asam Pak sehingga diperlukan banyak kapur untuk menetralkan air limbah sebelum masuk kolam aerasi” kata petugas jaga. Aku mengamati buku data pengamatan harian tersebut. Jika terlalu asam pH air limbah tersebut maka ini berarti penanganan dalam pabrik belum optimal, masih ada polutan yang lolos masuk ke saluran ini. Jelas beban polutan sangat memberatkan proses penguraian di kolam aerasi. Aku kemudian berjalan melalu bordes tepian kolam-kolam aerasi yang saat sedang beroperasi. Terlihat warna air limbah agak hitam padahal seharusnya coklat. Warna hitam menunjukkan tingkat polusi sangat tinggi. Melihat kondisi ini aku mencoba kontak Solihin, Kabag Pabrikasi.

“Siang Pak!” suara Solihin menjawab panggilan ponselku.

“Pak Solihin sekarang saya tunggu di lokasi IPAL !”

“Baik Pak!”

Hanya beberapa menit saja Solihin sudah datang menghampiriku dengan tergopoh-gopoh.

“Ya Pak ADM!” suara Solihin cemas.

“Lihat itu!” kataku sambil menunjuk kondisi air di Kolam Aerasi. Solihin kelihatan gugup lalu memerintahkan agar anak buahnya menghentikan air limbah yang masuk untuk sementara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun