"Ini saatnya Paman Sulap membagi hadiah untuk anak-anak."
Sontak suasana ramai tenggelam, anak-anak terlihat mengepal kedua tangan, berharap hadir sebuah hadiah berharga dari Sang Pesulap terkenal.
"Baiklah anak-anak, kita mulai bareng-bareng ya." Pinta Sang Pesulap sembari membolak-balik topi memastikan bahwa topi itu benar-benar kosong.
"Simsalabim jadi apa prok, prok, prok," sorak sorai anak-anak mengikuti ucapan.
Sesaat Sang Pesulap mengeluarkan tangan kanannya dari dalam topi kira-kira hampir 30 permen lollipop berjatuhan. Dan semua anak-anak yang hadir mendapat bagian.
“Baiklah anak-anak. Hadiah terakhir untuk sahabat kita, Febiiii,” anak-anak kembali sorak sorai.
Febi yang namanya merasa disebut oleh Sang Pesulap terlihat malu-malu. Romo yang sedang memangkunya kemudian berbisik. Febi mengangguk.
"Boneka."
Sang Pesulap yang seketika merasa tak yakin kalau aksinya kali ini bakal berhasil. Ia berusaha membuang batuk, mengusir gugup.
"Baiklah anak-anak, tolong bareng-bareng lagi ya bantu topi Paman Sulap mengeluarkan boneka seperti permintaan Febi." Anak-anak mulai tegang bagaimana mungkin topi itu mampu mengeluarkan boneka.
"Simsalabim jadi apa prok, prok, prok," sorak sorai anak-anak mengikuti ucapan Sang Pesulap lagi.