Mohon tunggu...
Henri Koreyanto
Henri Koreyanto Mohon Tunggu... Buruh - Kuli Kasar

Sedang menjalin hubungan baik dengan Tuhan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen | Tanda Mata Romo

18 Desember 2024   09:23 Diperbarui: 27 Desember 2024   23:05 171
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Halooooo," serempak anak-anak membalas.

"Halo Febi."

Febi melempar cium telapak tangan penuh semangat dari jarak yang tak seberapa jauh .

"Sebelum Paman Sulap memulai..." sapa Sang Pesulap memperkenalkan diri, lalu melanjutkan.

"Anak-anak boleh meminta sulap yang seperti apa, silakan." Ujarnya basa-basi menawarkan seolah Sang Pesulap membawa segudang atraksi sembari menata perlengkapan sulap. Padahal ia tak lebih menampilkan dua atraksi saja.

"Oke, sekarang Paman Sulap mulai ya," sapa Sang Pesulap bersiap, dan anak-anak seketika memperhatikan. Sesaat mereka pun lupa atas tawaran yang tadi.

Sang Pesulap menggembungkan pipinya lalu melepas udara dari dalam mulutnya. Berulang tiga kali. Kemudian melepas topi lalu satu tanganya menggaruk rambut. Ia seakan lupa atas trik sulap yang sudah direncanakan. Anak-anak sedikit ragu, ini pesulap yang terkenal itu atau hanya penampilannya saja agar terkesan mirip pesulap.

Sesaat Sang Pesulap membetulkan sikap kaki lalu merapat. Ia menarik kedua telapak tangan ke depan, membolak-balikkan telapak tangan dan memperlihatkan seolah tidak sedang memegang apa pun. Kemudian ia melakukan gerakan tangan menggenggam, pelan-pelan memasukkannya ke dalam mulut.

Sang Pesulap menggembungkan pipinya persis seperti tadi lalu berlagak menelan sesuatu. Setelah itu ia merogoh mulutnya dengan tangan kanan dan muncullah sebuah pita.

Ditariknya pita itu bergantian dengan tangan kiri. Berulang terus. Namun pita itu seolah tak akan pernah habis ditarik oleh kedua tangannya. Setelah beberapa saat pita itu akhirnya habis juga. Anak-anak pun bertepuk tangan.

Sang Pesulap kemudian mengambil topi yang dipakainya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun