Mohon tunggu...
Henri Koreyanto
Henri Koreyanto Mohon Tunggu... Buruh - Kuli Kasar

Sedang menjalin hubungan baik dengan Tuhan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen | Tanda Tangan

13 Desember 2024   08:24 Diperbarui: 14 Desember 2024   17:00 159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pagi menjelang siang sang bagaskara menunjukan kegagahannya. Teriknya merangsek tembok beton melalui bilik lubang udara, suhu kos mirip ubi cilembu yang mulai mengeluarkan manis madu di tungku panggang. Baling-baling kipas yang konon katanya mampu menyulap udara menjadi sejuk ternyata hanya isapan jempol belaka. Kaos oblong di punggung basah kuyup, lama sekali kuperhatikan, teringat dua jendela belum kudorong ke arah luar.

Sebelumnya, tiga hari yang lalu Roni tampak begitu murung. Ia lebih banyak diam. Aku tak berani menyapa, tetapi aku masih sempat membuatkannya secangkir kopi campur gula aren kesukaannya. Aku mungkin sudah membuatnya kecewa, tetapi ini sudah menjadi pilihan akhir. Aku harus ambil blanko cuti. Dan tanggal pengajuan sudah mepet jadi aku segera menaruhnya di bagian ruang administrasi kemahasiswaan.

Bapak butuh pupuk untuk sawah kami. Dan kebetulan aku ada tabungan dari hasil gerobak kopi. Aku tahu itu tabungan untuk ongkos paket SKS dan SPP. Hal ini menjadi pukulan keras bagi Roni sebab aku terlambat bercerita.

Sesaat hapeku berdering singkat, satu pesan masuk melalui aplikasi watsap. Aku bergegas membacanya.

"Bro, apakah paket buku dari Pak Saipul sudah datang?" bunyi pesan itu.

"Oh sudah dong. Aku baru selesai membaginya menjadi 2 bungkus kardus bekas mie instan kita," tulisku, sembari menunggu balasan karena terlihat tiga titik gelombang bergerak berulang.

"Ok, Sipp! Tapi... Bisa hadir ke kampus sekarang?"

"Kalo sekarang, ya enggak bisa!"

"Kenapa?"

"Aku belum mandi. Kalo mau ya habis mandi, gimana?"

"Dobol!"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun