Kali ini di balik dinding toilet aku sedikit menenggelamkan badan. Tuas pintu kutarik dan kembali kututup pelan-pelan. Di saat bersamaan, kudengar sebuah hentakan langkah kaki yang tak asing masuk ke telingaku.
"Melaju kencang, sangat kencang." Sapa Big Bos dengan tangan menepuk pundak orang-orang yang aktingnya tersohor tadi. Mereka berjabat tangan, sebelum berpisah. Lalu satu-satu amplop tebal mereka terima dengan wajah tersipu malu. Untuk mengusir canggung, Big Bos memperlihatkan grafik di layar ponsel, lalu menegaskan bahwa rating program malam ini meroket di luar perkiraan.
Sesaat, aku menarik pandangan dari celah lubang angin. Kuturunkan badan pelan-pelan. Berusaha duduk di kloset duduk semampuku. Memulihkan irama jantung yang berdegup kencang. Memang baiknya aku tetap seperti ini saja. Biar dikata aku seorang benalu itu tak apa. Yang penting amplop cokelat di kedai kopi Mak Irah senantiasa mengalir lancar, selancar jalan tol yang berbayar itu.
TAMAT
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI