"Aku tahu hadiah yang pas untuk seorang pendaki sepertimu," ujar Joni menahan tawa.
"Hmm. Ya-Ya. Dan cuma kamu yang tahu. Tapi kok bisa pas gini Jon? Pas coki-coki di saku jaketku habis," tanyanya lagi.
"Aigh. Ayo dilanjut. setengah jam kita istirahat sudah" kata Joni.
Perjalanan lanjut ke puncak Gunung Tanggung. Waktu sudah pukul 20:00. Cuaca semakin dingin. Perjalanan mereka di temani bayang-bayang pohon cemara dari pancaran terang sinar bulan. Semakin ke puncak jalan semakin mengecil. Hanya tinggal setapak. Tapi walau begitu jalannya bagus tidak licin dan berpasir.
Dibutuhkan waktu dua jam lagi bisa sampai. Puncak Gunung Tanggung bisa menampung 20 tenda kubah. Pukul 21:50 mereka sudah sampai puncak lebih cepat 10 menit dari perkiraan. Setelah berkeliling di area puncak Joni dan Doni memilih tempat kemudian memasang tenda. Lalu lanjut menyiapkan kompor dan panci portable untuk membuat kopi.
Waktu menunjuk pukul 22:50. Joni duduk di matras hitam di depan tenda. Menghadap ke arah pemandangan lampu-lampu kota yang terlihat sangat kecil. Rasa dingin tidak terlalu hebat sebab langit terlihat sangat terang.
"Buku apa itu Jon?" tanya Doni sembari membawa lampu petromak LED dan menemani duduk
"Oh. Hanya doa-doa saja," jawabnya singkat.
"Tapi. Itu. Seperti nama ayahmu!" tanya Doni lagi.
"Iya Don. Ini buku yasin ayah sewaktu 40 hari setelah beliau wafat," jawabnya tersenyum.
"Sik-Sik. Jon. Jadi ini maksudmu nanjak pas di tanggal 23, bulan 3. Dan di jam 23:00 kamu mau kirim doa?" tanya Doni penasaran.