"Boleh," jawabnya singkat.
Joni senang dengar jawaban itu. Tidak ingin membuang waktu. Joni mengajak belanja beberapa keperluan untuk mendaki.
Tidak banyak sebetulnya yang mereka butuhkan. Karena tidak satu kali ini mereka mendaki. Hanya saja kali ini sangat spesial bagi Joni. Dan tentu sekalian mengisi waktu di sela-sela libur semester.
Sebenarnya Doni sudah sering memancing Joni untuk mendaki. Tapi entah kenapa Joni selalu menolak. Tidak seperti biasa kawannya itu sering menyendiri di loteng kampus. Doni jadi tidak enak jangan-jangan Joni jadi kepikiran karena ajakannya yang terus-menerus itu. Tapi kali ini Doni coba memberanikan diri bertanya apa sebab dia sering menyendiri.
Sore langit begitu tampak jingga cerah. Pemandang dari loteng sangat indah. Rumah-rumah di kaki gunung tampak jelas. Sejelas gerobak bakso yang melintas di bawah mereka.
"Sudah berapa kali Gunung Tanggung itu kita singgahi?" sapa Doni sembari mendekati kawannya.
"Entahlah. Tapi. Besok sore kita ke sana lagi." Jawab Joni dengan senyum.
"Jon! Maaf ya, kalau aku sering nagih kapan mendaki," ujar Doni kalem.
"Aigh. Tak apa Don. Lagian kalau nggak nanjak apa lagi hiburan kita," balasnya senang.
"Tapi seumpama ada yang ikut, ya nggak apa-apa kan Jon?" tanya Doni.
"Mana ada yang mau ikut Don. Kamu tahu sendiri kan. Ini libur semester. Temen-temen pada mudik semua," balas Joni.