Mohon tunggu...
Hennie Engglina
Hennie Engglina Mohon Tunggu... Freelancer - Pelajar Hidup

HEP

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Berhentilah Membenci

29 Januari 2019   05:49 Diperbarui: 6 Juli 2021   16:36 2997
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

3. Cemar Mulut 

Rasa benci mencemarkan mulut. Rasa benci di hati seseorang membuat mulutnya menjadi cemar terhadap orang yang dibencinya. Orang yang membenci akan ringan mulut menghina, mencemooh, menghujat, dan sebagainya, bahkan mengutuk orang yang dibenci.

Rasa benci mendosakan lidah. Lidah orang yang membenci seperti lidah ular berbisa yang siap meracuni pikiran orang untuk ikut membenci dan bagaikan lidah belati yang menusuk hati orang yang dibencinya.

Tidak ada kata pujian di mulut pembenci terhadap orang yang dibenci. Yang benar pun salah apalagi salah. 

Ketika semua seolah hitam, maka di situ ada kebohongan. Ketika semua seolah putih, maka di situ ada kemunafikan.

4. Hati Busuk - Dendam 

Rasa benci membusukkan hati. Rasa benci yang makin berakar menimbulkan dendam. Bila sudah demikian, segala pikiran jahat pun timbul. Segala cara pun dilakukan untuk melampiaskan kebencian yang sudah menjadi dendam di hati. 

Tidak perduli benar atau salah. Yang penting kebencian itu tersalurkan dan hati menjadi puas karenanya. Maka, ada baiknya kita menyimak sekali lagi cuitan Bapak Mahfud MD ini:

dokpri_Twitter@mohmahfudmd
dokpri_Twitter@mohmahfudmd
Ya. Sungguh kasihan.

Demikianlah beberapa catatan tentang rasa benci. Tidak ada kebaikan yang dihasilkan oleh kebencian.

dokpri_senandika30
dokpri_senandika30
Salam. HEP.-

Artikel Senandika

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun