Mohon tunggu...
Hennie Engglina
Hennie Engglina Mohon Tunggu... Freelancer - Pelajar Hidup

HEP

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Berhentilah Membenci

29 Januari 2019   05:49 Diperbarui: 6 Juli 2021   16:36 2997
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Berhentilah Membenci (dokpri_senandika29)

"Sungguh kasihan kpd org2 yg hatinya kotor, gelap, selalu marah dan menyerang orng lain. Orng yg spt ini pasti tdk bs tidur nyaman, krn mimpinyapun adl mimpi kemarahan dan permusuhan. pd-hal yg dimusuhi tidur nyenyak. Ya Allah, berikan hati yang damai (qalbun saliem) kpd bangsa kami." - Mahfud MD @Twitter 28/1/2019.

A. Pengertian Benci

KBBI mendefinisikan kata 'benci' adalah  "sangat tidak suka". 

Wikipedia mengatakan, "Benci atau kebencian adalah merupakan sebuah emosi yang sangat kuat dan melambangkan ketidaksukaan, permusuhan, atau antipati untuk seseorang, sebuah hal, barang, atau fenomena. Hal ini juga merupakan sebuah keinginan untuk menghindari, menghancurkan atau menghilangkannya."

Ahli psikoanalisis, Sigmund Freud, mendefinisikan benci adalah keadaan ego yang ingin menghancurkan sumber ketidakbahagiaannya.

Dari definisi-definisi tersebut sudah terlihat jelas bahwa 'benci' atau perasaan sangat tidak suka menghasilkan hal-hal yang sama sekali tidak positif bagi diri sendiri dan bisa memicu tindakan atau perbuatan destruktif.

B. Penyebab Timbulnya Rasa Benci

1. Benci Berdasar

Orang yang membenci kerap berkata, bahwa ia tidak mungkin membenci tanpa dasar. Ada sebab, ada akibat. Ada ucapan atau sikap atau perilaku atau perbuatan seseorang yang menimbulkan rasa tidak suka orang lain kepadanya.

Saya tidak lagi menyebutkan hal-hal apa saja itu di sini. Sebab, penyebab rasa benci adalah sama dengan penyebab orang menjadi marah. Di antaranya sudah saya sebutkan pada artikel yang disematkan di bawah ini.

Baca juga:  Mengapa Orang Menjadi Marah?

Rasa sangat tidak suka adalah marah itu sendiri yang kemudian didefinisikan menjadi 'benci' ketika marah itu dibiarkan lebih lama berdiam di hati. Bila terus dibiarkan larut, maka marah yang telah menimbulkan rasa benci akan mengerucut ke arah dendam.

2. Benci Tidak Berdasar

Akan tetapi, pada faktanya, tidak semua rasa benci terhadap seseorang timbul karena orang yang dibenci megucapkan atau melakukan hal yang menyakiti orang membencinya. Rasa benci itu timbul dari diri si pembenci itu sendiri. Antara lain:

(i) Rasa benci karena iri hati.

Orang yang dibenci tidak melakukan hal yang buruk kepada si pembenci, tetapi tetap saja ia dibenci, sebab dasarnya bukan karena ucapan dan perbuatan yang salah, melainkan iri hati si pembenci. Lebih jauh pada artikel di bawah ini.

Baca juga: Anda Jangan Julid.

(ii) Rasa benci karena prasangka.

Rasa benci ini timbul karena pikiran negatif yang bersifat subjektif yang diklaim sebagai kebenaran. Rasa benci timbul dari tuduhan yang tidak berdasar bukti kebenaran akan prasangka tersebut.

Rasa benci timbul dari analisis akan gejala umum terhadap suatu sikap dan perilaku yang umumnya ditemukan ada pada perkara yang sama yang pernah terjadi.

Singkatnya, rasa benci itu timbul karena prasangka yang berdasar pada kerangka berpikir "umumnya begitu, maka pastilah ia begitu". Ini sangat berbahaya. Namun, tidak sedikit orang terjerumus ke dalamnya, yakni membenci karena prasangka semata.

(iii) Rasa benci karena tidak mengerti atau tidak paham.

"Don't hate what you don't understand!" - John Lennon

Apa yang kita tahu belum tentu kita mengerti atau pahami. Seperti ungkapan, "tak kenal, maka tak sayang".

Oleh sebab itu, ada orang yang dibenci karena si pembenci tidak mengenalnya dengan baik. Setelah dekat, barulah menemukan jawaban mengapa dia terlihat seperti itu. Salah kira, yakni mengira dia orangnya begitu, ternyata tidak seperti itu.

Juga, terkadang ada ucapan, perbuatan, dan keputusan yang salah dimengerti. Hal itu menimbulkan rasa tidak suka. Namun, ketika mendapat penjelasan, maka barulah orang mengerti bahwa ia tidak bermaksud seperti yang dimaksud oleh pikiran orang lain.

Baca juga: Ketika Kita Salah Menilai

C. Bahaya Kebencian

1. Hati Berapi - Kegeraman

Hati orang yang memiliki rasa benci adalah hati berapi. Rasa benci itu laksana endapan magma di dalam perut bumi yang oleh daya dorong gas bertekanan tinggi dapat meletuskan sebuah gunung sehingga gunung itu disebut gunung berapi.

Orang yang memiliki rasa benci hatinya selalu panas terhadap hal-hal terkait orang yang dibenci. Geram. Ya. Orang yang memiliki rasa benci sangat geram terhadap orang yang dibenci.

Kegeraman yang siap meletus kapan saja dan di mana saja. Apalagi jika dipanas-panasi. Rasa benci itu harus disiram dengan "air" agar api kebencian yang menggeramkan hati itu padam.

Namun sayang, rasa benci itu seakan punya kawan, yakni orang-orang yang bukannya membawa ucapan positif guna memadamkan panas hati, malahan hadir untuk makin mengobarkan api kebencian di hati orang lain.

Tanpa membakar orang yang dibenci, rasa benci telah lebih dahulu membakar hati si pembenci.

 2. Tingginya Ego - Tinggi Hati

Seorang yang membenci adalah seorang yang tinggi hati. Entah disadari atau tidak, rasa benci hadir di hati orang yang tinggi hati. Karena, sebaliknya, orang yang rendah hati memiliki hati seluas samudera.

Baca juga: Hati Seluas Samudera

Orang yang rendah hati tidak mudah tersinggung. Hatinya tidak mudah retak. Cepat memaafkan dan selalu siap mengampuni. Namun, sebaliknya, orang yang memiliki rasa benci adalah orang yang mudah tersinggung dan sulit untuk memaafkan. Itu bertentangan dengan kerendahan hati.

Baca juga: Mengenal Lebih Jauh Apa Itu Rendah Hati

Orang menyebut itu karena ego yang tinggi. Padahal, konsepsi individu tentang dirinya sendiri (ego) yang tinggi adalah wujud keangkuhan hati manusia. Makin merasa diri lebih dari orang yang dibenci, makin kuat pula rasa benci itu dan makin sulit pula ia memaafkan.

Terkadang manusia menjadi sombong akan kebenaran dirinya sehingga walaupun orang yang dibenci telah meminta maaf atas kesalahannya, ia tidak mau memaafkan.

Jika Allah Pencipta saja mau mengampuni kesalahan kita, maka orang yang bertahan dalam kebencian menaruh dirinya lebih tinggi dari Penciptanya. Terlalu tinggi hingga ia tidak berkenan memberi maaf.

Baca juga: Mengapa Kata Maaf Itu Penting?

3. Cemar Mulut 

Rasa benci mencemarkan mulut. Rasa benci di hati seseorang membuat mulutnya menjadi cemar terhadap orang yang dibencinya. Orang yang membenci akan ringan mulut menghina, mencemooh, menghujat, dan sebagainya, bahkan mengutuk orang yang dibenci.

Rasa benci mendosakan lidah. Lidah orang yang membenci seperti lidah ular berbisa yang siap meracuni pikiran orang untuk ikut membenci dan bagaikan lidah belati yang menusuk hati orang yang dibencinya.

Tidak ada kata pujian di mulut pembenci terhadap orang yang dibenci. Yang benar pun salah apalagi salah. 

Ketika semua seolah hitam, maka di situ ada kebohongan. Ketika semua seolah putih, maka di situ ada kemunafikan.

4. Hati Busuk - Dendam 

Rasa benci membusukkan hati. Rasa benci yang makin berakar menimbulkan dendam. Bila sudah demikian, segala pikiran jahat pun timbul. Segala cara pun dilakukan untuk melampiaskan kebencian yang sudah menjadi dendam di hati. 

Tidak perduli benar atau salah. Yang penting kebencian itu tersalurkan dan hati menjadi puas karenanya. Maka, ada baiknya kita menyimak sekali lagi cuitan Bapak Mahfud MD ini:

dokpri_Twitter@mohmahfudmd
dokpri_Twitter@mohmahfudmd
Ya. Sungguh kasihan.

Demikianlah beberapa catatan tentang rasa benci. Tidak ada kebaikan yang dihasilkan oleh kebencian.

dokpri_senandika30
dokpri_senandika30
Salam. HEP.-

Artikel Senandika

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun