Mohon tunggu...
Hening Nugroho
Hening Nugroho Mohon Tunggu... Penulis - Laki-laki

Menulis itu sederhana Ig @hening_nugroho Waroenkbaca.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Anjing Kencing

27 Januari 2021   22:13 Diperbarui: 27 Januari 2021   22:15 267
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Tentu siapapun tak akan tahan dengan godaan semacam ini tapi lagi-lagi ini tugas
menyangkut negara dan juga karirnya, bintang tiga menempel di pundak seragamnya. 

Jalannya terus diburu waktu, tak bisa ditunda-tunda mungkin sebentar lagi pimpinannya yang lebih tinggi juga akan menelepon, kiranya sang Jenderal harus sudah punya jawaban yang meyakinkan dan keberadaannya di TKP sedikit membikin petingginya percaya kalau Jenderal Panco bisa kerja cepat, apalagi harapan beberapa pihak ikut memberikan beban. 

Jabatan sebetulnya adalah harapan namun beberapa orang yang tak mengerti jabatan itu hanya disalahgunakan untuk kepentingan semata lalu apa gunanya jabatan, yang ada itu cuma politis. 

Jenderal Panco sudah mempersiapkan dirinya, berkacak pinggang di depan cermin,
memakai jaket, seragamnya ditutup biar tidak mencolok. Bergegas menuju bandara.

Satu jam sudah Jenderal Panco melayang di udara, mau naik merek pesawat apa saja terserah, yang penting cepat sampai tujuan. Peristiwa ini sangat penting, apalagi sampai mengusik ketenangan seorang Jenderal bintang tiga. Ada sms masuk, dibuka. Jenderal Panco mengadu alisnya, dahinya mengkerut, tak tahu titik terangnya, masih gelap.

Masih ingatkah ketika kita masuk garis polisi tanpa punya izin, pastinya jika kita melanggar pasti ada hukumnya bukan. Itu kalau manusia yang lewat. Kalau ternyata bukan manusia?

Jenderal Panco mendarat mulus di
Bandara tanpa halangan, lagi-lagi berkacak pinggang, membetulkan celananya yang sudah semakin sempit menerima kenyataan kalau perutnya hampir meletus. 

Dengan kawalan polisi Jenderal Panco menaiki mobil camry hitam melesat dari Bandara ke TKP tanpa halangan, lampu merah disikat, ini genting, semua pengendara harap maklum.

Semua personil sudah berdiri sejajar di TKP merapatkan barisan untuk menyambut
sang Jenderal. Namun sebelum masuk TKP, Jenderal Panco dibawa ke sebuah tempat,
dimana terdapat beberapa buah tv dan alat pemutar kaset. 

Jenderal Panco mengamatinya serius tanpa berkedip. Ada yang janggal.Dalam sebuah adegan, muncul dalam layar tv, saat CCTV diputar, tanpa suara hanya gambar. Kamera menyorot satu lokasi tempat kejadian dimana barang bukti berada, di bawah
pohon cabe, cairan itu masih nampak segar, namun terentang sudah garis polisi, intinya
kamera CCTV itu hanya merekam kejadian sesudahnya bukan sebelumnya. 

Semua pasang mata tampak sangat bernafsu. Tapi, hei, ada seekor anjing masuk melewati garis polisi, berjalan melenggak-lenggok tanpa salah lalu mengencingi barang bukti itu. Kenapa polisi tidak melarang, ini salah siapa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun