"Yang penting amankan TKP, kita tunggu tim," kata polisi itu.
Ada beberapa polisi yang masih tertidur, ada pula yang sudah terjaga namun kali ini semua harus sudah bangun, ini peristiwa besar yang bisa menyita seluruh negeri. Tidak usah khawatir awak media sudah siap menyiarkan.
Kembali ke lokasi, polisi berwajah preman itu tak habis-habisnya menyelidik, adarasa penasaran tapi dia tak kuasa menangkap benda apa itu, sekilas air biasa tapi berbuih, air keras sudah biasa disebut namun yang paling jelas itu air apa, polisi preman itu tak bisa menyimpulkan, kadang hanya bermain tebak-menebak sendiri. Wajahnya sudah berkeringat padahal pagi masih sejuk. Efek psikologis, kasus ini sepertinya bakal panas, dan hampir saja tangannya menyentuh barang bukti itu tapi kemudian.
"Hei pakai sarung tangan!" salah seorang petugas berseragam rompi oranye datang
sambil melempar sarung tangan putih plastik, dia petugas kepolisian yang memang punya wewenang menyelidik kasus-kasus seperti itu. Benda-benda beracun semacam apapun bisa ditafsirkan oleh orang itu.
Polisi berwajah preman itu menuruti, langsung dia pakai sarung tangan itu, dia belum kenal petugas berompi oranye itu tapi dari saku kanannya tertulis nama Darto.
"Jangan kau sentuh tanah itu, bahaya," kata Darto
Polisi preman itu menyahut, "dari mana kamu tahu ini bahaya?"
"Itu air raksa, bila kamu sentuh dikit saja tanganmu bisa melepuh," kata Darto sambil
menyarungkan tangannya dengan sarung plastik elastis.
"Jadi memang betul ini air raksa?"
"Ya, aku bisa lihat dari bekas tanahnya, kucium aromanya tak berasa," kata Darto
"Kalau kamu pikir aku bercanda coba kamu hirup sendiri tapi jangan terlalu dekat
nanti kamu tersedak," perintah Darto