Mohon tunggu...
Helmi Faridy
Helmi Faridy Mohon Tunggu... Guru - Cerpenis/ASN Guru

Saya seorang ASN Guru Agama Islam yang punya hobi jurnalistik.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Savonlinna

5 November 2023   10:00 Diperbarui: 5 November 2023   10:03 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Pagi minggu yang cerah, kuajak Addriella berolah raga dengan lari-lari kecil di halaman rumah,  Purema, anjing kesayangan kami ikut berlari. Halaman rumah cukup luas buat berolahraga, dengan bernuansa taman yang sengaja kubuat dengan mendatangkan ahli rancang halaman. Danau kecil juga sengaja dibuat di bagian kiri tengah halaman, benar-benar berasa layaknya di taman

Selesai berolahraga, sambil sarapan, kulihat update berita tentang virus yang menyerang Kota Savonlinna di TV, mencengangkan, hampir separo warga kota terjangkit virus mematikan itu, dan gejala yang ditemui tim medis di lapangan yang menangani adalah wajah mendadak kehitaman sebelum akhirnya ambruk dan meninggal.

"Hari inipun kita tidak ke Pikkukirkku" kataku pada Addriella. Itu adalah Gereja Katedral tempat ibadah kami biasa hari Minggu. "Pasti karena keadaan di luaran sana kan Kak?" "Iya" sahutku lirih. "Ya sudah, kalau begitu aku mau baca Alkitab saja ya Kak!" Addriella berjalan ke ruang baca, diambilnya Alkitab yang ada di sana.

Bunyi klakson mobil terdengar nyaring, kulihat ke luar dari jendela rumah, terlihat sedan mercy berwarna hitam memasuki halaman rumahku, aku tersenyum, itu adalah Valma. Kusambut hangat kekasihku, awalnya ia mau mengajak kami nonton opera seperti rencana semula kami, ups, aku lupa mengabarinya bahwa rencana itu harus dibatalkan. Valma adalah perempuan yang dewasa, tentu ia akan dengan mudah memahami keadaan. "Baiklah, kalau begitu aku langsung pulang saja" katanya sambil tersenyum kepadaku, taklupa tangannya melambai ke arah Addriella. Addriella pun balas melambai padanya.

oOo

Sore hari, Addriella menghampiriku, "Kak, buah dan sayur di dapur hampir habis" katanya. "Oh sekarang kutelepon ke kantor dulu, biar minta driver kantor membelikan, kau tulis saja dulu daftarnya" pintaku. "Nggak usah, kita saja yang pergi ke Market Square, lagian sudah bosan juga di rumah dari pagi" katanya memelas. Padahal keadaan di luar sana sangatlah tidak aman buat kami, tapi apa boleh buat, adikku yang sangat kusayangi memintaku untuk mengantarnya pergi belanja. "Oke!" Sahutku semangat.

Kukemudikan Audi-ku dengan tidak begitu laju menuju Market Square, pasar hasil pertanian di Savonlinna. Setibanya di sana, kami langsung membeli daftar belanjaan yang harus dibeli, paling tidak untuk keperluan satu minggu, kami jumpai banyak orang berbelanja juga di sini, seperti melupakan imbauan manajer kota kemarin. Namun sama seperti kami, orang-orang berbelanja dengan cepat dan segera meninggalkan kerumunan.

Dalam perjalanan pulang, Addriella memintaku singgah sebentar di Kivinokka, taman menarik di tepian danau yang indah. "Addriella, kita harus segera pulang, tidak boleh lama-lama di luar" kataku. "Sebentar saja Kak, coba kakak lihat, pemandangan di sana begitu indah, orang-orang juga masih ada yang bersantai di sana menikmati indahnya pemandangan" sahutnya. Biasa, aku takbisa melawan keinginannya, kutepikan mobilku, kutemani ia duduk di taman tepian danau itu.
Bruuk, tiba-tiba seorang lelaki tua ambruk tidak jauh dari tempat kami duduk, orang-orang mendekati ingin menolong, juga aku dan Addriella. Ketika mendapati wajah orang tua itu seperti kehitaman, orang-orang pada bubar berlari segera pergi meninggalkannya, tetapi tidak Addriella, dia masih berdiri di dekat orang tua itu, ia malah semakin mendekati, berjongkok di samping orang tua itu, mungkin nalurinya ingin menolong.

"Addriella...Addriella!" Akupun berteriak memanggilnya dari dalam mobil. Sementara dari arah lain, kembali ada pemuda tumbang, sepertinya terjangkit virus mematikan. Taklama berselang, gadis yang bersamanya juga ikut tumbang. Akupun kembali keluar dari mobil, kukejar adikku, kutarik tangannya, kubawa ia memasuki mobil dan bersiap pergi meninggalkan Kivinokka.

Ambulans dan mobil polisi dari Departemen Kepolisian Lokal datang beriringan, tim medis langsung mengevakuasi para korban yang semakin banyak, sementara polisi membubarkan orang-orang yang tersisa satu-dua di lokasi. Kami pun segera pergi melaju menuju rumah. Sepanjang jalan pulang, jantungku berdetak kencang layaknya ketakutan, sementara Addriella sesenggukan menangis. Entah apa yang dipikirkannya?

Langsung kuhidupkan televisi di ruang depan, sementara Addriella naik ke atas dan mengunci diri di kamarnya. Pemberitaan tentang ganasnya serangan virus mematikan itu terjadi di hampir seluruh wilayah kota, sangat banyak korban meninggal dan yang dirawat, termasuk ada belasan dokter yang menangani pasien terkonfirmasi ikut menjadi korban meninggal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun