*****
      Suara adzan dari masjid siulak deras terdengar begitu lantang ke pondok kami, diiringi dengan suara ayam jantan yang berkokok sangat merdu, kami sekeluarga bangun untuk sholat subuh, kemudian Mak sibuk menyiapkan sarapan dan bekal yang akan dibawa ke tempat kerja yaitu lahan olahan, sementara abak menyiapkan perkakas seorang petani kebun, sambil menyiapkan perkakas tersebut abak mengajari kami membaca dengan mengeja nama-nama benda yang ada, seperti cangkul, parang, pisau, kapak dll
Setelah semuanya siap kami berangkat menuju lahan olahan untuk menanam kentang,  kami berdua ikut serta, seperti biasa kami menunggu sambil bermain, kali ini Abak membuatkan tempat kami duduk dibawah pohon nangka, Mak berkomentar "jangan di situ takut nanti ada buah nangka yang jatuh dan menimpa anak-anak" kemudian Abak memeriksa pohon nangka tersebut sudah di pastikan bahwa tidak ada buah nangka  yang besar atau matang, kami berdua aman, Mak dan Abak bekerja dengan tenang,
Sedang asyik bermain ada nangka yang jatuh, dalam bahasa kampung saya bunga nangkan disebut busung cemedak ada juga yang menybutnya cimdak ulu, Entah mengapa kali ini adik ku bercanda lagi dengan mengambil 2 buah bunga nangka, terus dia membuat lubang, menggali tanah dengan ranting kayu, aneh nya lubang itu pas seperti liang lahat, sambil memperlihatkan bunga nangka lalu dia berkata " ini Nan yang ini Uni En" Nan mati (meniggal) masuk sini sambil memasukkan bunga nangka ke lubang itu, Uni En duduk sini di tepi lubang itu, sambil bercanda aku menjawab "kalau Nan mati Uni ikut" dan memasukkan bunga nangka itu ke lubang yang sama, dia bilang tidak "Uni tidak boleh ikut, Uni jaga Mak,bantu Mak mengambil air" sambil tertawa kami rebutan bunga nangka itu, kemudian kami di panggil Mak karena hari sudah menjelang petang dan kami kembali kerumah kebun.
*****
Musim panen telah tiba, saat nya kami semua bergembira, pada sore hari kami sekeluarga duduk santai di halaman rumah kebun, nama nya saja rumah di kebun, banyak nyamuk, Abak membuat perapian untuk mengusir nyamuk, dan untuk mengangatkan badan dari dinginnya suhu udara pada sore hari, saya belajar sama Abak, belajar membaca dan berhitung, maklumlah tidak ada PAUD pada masa itu, tiba-tiba Mak datang dengan membawa  makanan atau snac sore, Mak menyuguhkan pisang goreng dan kripik pisang yang gurih kesukaan adikku, ditambah minuman khas kampung ku yaitu teh daun kopi atau yang dikenal sbukkawo, sambil menikmati hidangan itu Mak dan Mbak bercakap-cakap atau ngobrol ringan tapi serius,
Ngah!.., sudah panen besok, kentang kita jual, dapat uang kita buat rumah di dusun di perkampungan penduduk, persiapan tahun depan anak kita akan bersekolah  masuk SD,
Abak menjawab : Ya,
Tiga hari lagi adalah hari balai (hari pasaran) Hari balai hanya ada 1 kali dalam seminggu, pasar kalangan itu jatuhnya pada hari selasa, kita jual kentang dan belikan perlengkapan sekolah untuk Uni En dan Nan kita belikan baju baru,
Horeee ... horeee ... baju baru
Kami berdua tertawa kegirangan