Mohon tunggu...
Hastuti Ishere
Hastuti Ishere Mohon Tunggu... Administrasi - hamba Allah di bumiNya

Manusia biasa yang senang belajar dan merantau. Alumni IPB yang pernah menempuh pendidikan di negeri Kilimanjaro. Bukan petualang, hanya senang menggelandang di bumi Tuhan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

[Hari Pahlawan] Mutiara Kartini dalam Jelaga

10 November 2013   09:30 Diperbarui: 24 Juni 2015   05:22 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

“Untung cuma satu yang bilang begitu. Hahahah.”

Tawa kembali berhamburan. Acara makan-makan dan ngobrol-ngobrol pun dipungkasi seiring dengan gelas-gelas bersedotan yang kosong. Tangan-tangan kotor dibersihkan dengan semangkuk kecil air kobokan.

“Udah yuk, Mbak.”

Seusai membayar, Hani mengikuti langkah perempuan yang umurnya lima tahun di atasnya itu ke pinggir trotoar. Itu pertama kalinya Hani makan di sana. Tak memuaskan sepenuhnya bagi Hani. Ia puas dengan lele kremes yang menurutnya kurang besar tapi rasanya cukup enak. Ia puas bisa request sambal tanpa keluhan apalagi raut muka tak rela sang pramusaji. Tapi ia masih belum rela sepenuhnya dengan harga tiga belas ribu rupiah untuk seporsi pecel lele.

Sesampainya di kamar, Hani merebahkan tubuhnya di kasur. Langit-langit yang penuh noda cokelat akibat bocoran air hujan yang tertahan menjadi layar ingatannya. Beberapa menit kemudian, Hani meraih ponselnya.

Kagum dan takzimku untuk para perempuan yg mendahulukan rezeki org lain ketimbang dirinya. Giliranmu akan datang teman. RA Kartini pasti kagum padamu.

Hani masih berselancar lewat mobile browser-nya. Beralih dari satu tab ke tab yang lain sebelum kembali melongok laman Facebook. Ditekannya ikon refresh. Fanny Iranda dan Harun Sandriawan memberikan tanda 'like' di status terakhir Facebook-nya.

Mudah-mudahan dia nggak sadar, Hani berdoa dalam hati sebelum memutus koneksi internet. Gadis itu kemudian menaruh ponselnya di samping bantal lalu menutup matanya. Lampu kamar dan kipas angin yang menyala perlahan menghilang dari alam sadar seorang Hani.

Jakarta, 10-11-2013

Salam PerantauPembelajarPenikmatHidup

Catatan (a.k.a pesan sponsor): Untuk membaca karya peserta lain silahkan menuju akun Fiksiana Community dengan judul : Inilah Perhelatan & Hasil Karya Peserta Fiksi hari Pahlawan. Cantumkan link akun Fiksiana Community tersebut di setiap karya Anda. Silahkan bergabung di FB Fiksiana Community.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun