Mohon tunggu...
Hasby Raihan
Hasby Raihan Mohon Tunggu... Lainnya - Haloo

Semoga sehat selalu

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Bagaimana Caranya untuk Menjadi Sempurna

26 Februari 2022   15:41 Diperbarui: 26 Februari 2022   15:55 262
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Aku juga tidak mau diejek bodoh dan menerima tatapan sinis dari guru-guru akibat nilaiku yang sempat turun. Di rumah, aku rela begadang sampai dini hari hanya untuk mempelajari buku tebal dan mengerjakan soal-soal yang termuat di dalamnya. Waktu tidur yang seharusnya 8 jam kini tinggal beberapa jam saja.

Saat mentari muncul dengan perlahan menyinari bumi, kupandangi wajahku sebelum melangkahkan kaki berangkat ke sekolah. Lingkaran hitam di sekitar kedua mataku terlihat begitu jelas. Wajahku muram, tidak ada raut ceria seperti siswa lain.

Tidak apa-apa, yang paling penting sekarang aku harus mendapat nilai sempurna demi Mama dan Papa.

Begitu menyedihkan saat usaha yang kulakukan begitu keras nyatanya mengkhianati hasil. Melihat bagaimana yang terjadi, ternyata semakin banyak aku belajar tidak kunjung membuatku mendapatkan nilai yang bagus. Bahkan beberapa kali aku tertidur saat pembelajaran tengah berlangsung dan berakhir di ruang BK. 

Aku mendengarkan semua nasehat guru-guruku tanpa mengeluarkan protes apa-apa. Namun, begitu mereka menuduhku telah bermalas-malasan, aku merasa amarahku berkumpul pada satu titik. Yang mau tak mau harus tetap kutahan.

"Karena ini bukan kali pertama kamu ketahuan tidur di dalam kelas, ada surat untuk orang tua kamu, ya." Selembar surat itu kemudian diletakkan manis di hadapanku.

"Saya mau berbicara tentang perilaku juga tentang nilai kamu yang turun anjlok belakangan ini dengan mereka. Begitu disayangkan yang tadinya murid berprestasi berubah menjadi anak yang pemalas seperti ini," kata guru BK membuatku hilang kendali. Aku menggebrak meja di depanku. Tak hanya itu, aku juga merobek kasar surat panggilan tersebut.

"Memangnya apa yang Ibu tahu tentang saya?! Apa ibu tahu kalau saya sudah berusaha keras untuk belajar dan meningkatkan nilai saya?! Hanya karena perkara ketiduran di kelas, tidak mengerjakan PR, seenaknya Ibu menuduh saya pemalas?!" seruku berang.

Aku mengamuk sejadinya di ruang BK. Benda apa pun yang ada di dekatku, berhamburan akibat dari tendangan yang kulayangkn. Guru berkacamata itu menjerit ketakutan. "Jika Ibu sampai memberitahu Mama dan Papa, saya tidak akan segan melakukan tindakan yang tidak terpuji kepada semua orang di sekolah ini!" ancamku kemudian pergi.

Aku berjalan dengan emosi yang meluap-luap. Dan secara tidak sengaja bahuku berbenturan dengan siswa lain. Pikiranku yang sedang kacau kala itu, sudah tidak bisa berpikir sehat. Aku mendorong anak itu hingga punggungnya membentur tembok belakang. Karena tidak terima, dia hampir membalasku dan aku berencana untuk mencekiknya. Namun suara itu kembali terdengar.

"Hentikan!!! Kalau kamu sampai berani melanjutkan pertikaian ini, ibu akan laporkan pada kepala sekolah!" teriak guru BK terdengar begitu menyebalkan di telingaku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun