Semua tinggal kenangan.
Aku berjalan menghampiri ibunya yang masih terisak, belum bisa mengikhlaskan putra tunggalnya pergi kepangkuan Tuhan. Dengan lemah kuserahkan kue tak berbentuk dan surat kusut itu kepadanya. Menyerahkan amanah terakhir Adam untuk Ibunya. Aku sempat membuka surat itu. Tak perlu lama untukku menghafalnya dan memaknainya isinya. Makna surat itu tak sesulit puisi Eyang Sapadri tapi menyirat pesan berharga untukku.
Untuk Mama,
Ma, aku bahagia tinggal dengan Papa, tapi aku tak ingin jauh dari Mama
Tak bisakah kita tinggal bersama seperti dulu?
Aku kesepian, Ma.
###
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H