Mohon tunggu...
Harum Bahiya
Harum Bahiya Mohon Tunggu... Novelis - pelajar SMA

hai.. aku Hiyaa, remaja yang baru mengenal gimana sih kehidupan di SMA. dari masih duduk di bangku SMP, aku sudah mulai tertarik dengan dunia fiksi terutama novel. dari situlah aku mulai belajar buat cerita cerita.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Tunggu. Ayo Pergi

17 Maret 2024   23:35 Diperbarui: 18 Maret 2024   04:44 239
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bel masuk telah berbunyi dari lima menit yang lalu. Aku menelusuri lorong koridor dari toilet pria menuju kelasku. Seperti biasa, sepanjang jalan banyak kudapati sorot mata siswa siswi yang menatapku tak suka, acuh, dan merendahkan.

Kabar tentang bagaimana kondisi keluargaku sudah tersebar luas di penjuru sekolah. Aku tak faham sangat apa alasan utama hal ini bisa terjadi, tapi setauku berita memalukan ini bisa beredar akibat ulah ayah yang berbicara hal pribadi di lingkup parkir sekolah dengan nada tinggi. Dimana saat itu parkiran sedang dipenuhi siswa siswi yang tengah memarkir motor.

"Raka, apa kau tidak mau mengikuti jejak ayahmu? bukankah dia laki laki sukses yang berlimpah uang? setelah lulus nanti, jadilah seperti dirinya." Ucap salah satu siswa yang cukup dikenal sebagai berandalan angkatanku.

Aku sudah biasa mendapatkan lontaran tak mengenakan seperti itu setiap harinya. Bukan aku lemah, tapi aku tak tertarik untuk menggubris omong kosong seperti tadi, menurutku itu hanya membuang masa. Jika aku timpali maka ujung ujungnya tak jauh dari baku hantam.

Pelajaran pertama sudah dimulai dari satu jam yang lalu. Pak Teguh selaku guru mata pelajaran sejarah meminta maaf sebab dirinya tak bisa datang mengajar pagi ini alasannya karena beliau sedang diluar kota untuk suatu hal entah apa itu.

Jadilah kelas ini tak terkondisi  kurang lebih dua jam lamanya. Ketua kelas yang seharusnya berperan penting dalam mengondisikan anggota anggotanya malah lepas tanggung jawab dan pergi bermain game mobile bersama yang lainnya.

——————

Hembusan angin terus menerpa wajahku pelan disepanjang kakiku melangkah dari gedung kelas menuju ruang studio sekolah yang berletak di belakang gedung kelas.

Percakapan antara Akbar, Zidan, Addam, dan aku berhenti sejenak saat mendengar benda persegi panjang yang berada di genggamanku berdering.

"Kalian masuk duluan saja, nanti gua nyusul ke dalam. Adek gua telpon."

Yang lain menurut. Satu persatu dari mereka pergi menjauh dariku dan memasuki ruangan yang akan menjadi tempat berkumpul kami dua jam kedepan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun