Siapa yang tak geram melihatnya. Aku tak tega kepada ibu dan Aqila jika mereka harus terus menerus mengalami hal ini.
Dengan segala persiapan dan keberanian yang telah cukup, ibu akhirnya menggugat cerai ayah pada tanggal 20 November.
Hak asuh aku dan Aqila pun diputuskan dihari itu juga. Hasilnya.. aku tinggal bersama ibu, dan Aqila bersama ayah. Ini berlaku hingga Aqila menikah. Keputusan hakimpun di sepakati oleh kedua pihak yang bersangkutan
Satu tahun pertema usai perceraian, kehidupan aku dan ibu berjalan baik baik saja walaupun tak jarang adu argumen antara ibu dan aku berlangsung. Walaupun begitu, kebutuhan hidup kami tercukupi dengan uang yang dihasilkan dari jasa jahit baju ibu.
Tapi di sisi lain, Aqila lah yang menampung semua hal naasnya. Bisa dibilang Aqila adalah sosok pengganti ibu untuk menerima pelampiasan ayah. Memang, Aqila juga hidup berkecukupan sama seperti aku dan ibu, namun dirinya harus membayar segala fasilitas yang telah diberikan.
Aku dan ibu selalu mendapat cerita tak mengenakan dari gadis malang itu. Dirinya sentiasa ditekan untuk selalu bisa mendapatkan nilai sempurna di mata pelajaran yang tak ia kuasai. Kalau tidak, maka pukulan menghantam tubuhnya.
Aqila selalu menjadi saksi ayahnya yang gemar membawa pulang wanita yang tak ia kenal ke rumahnya hampir setiap hari.
Sungguh aku tak tega mendengar kehidupan gelapnya semasa tinggal bersama laki laki separuh baya itu. Kalau aku bisa, aku akan mengambil surat hak asuhnya.
——————
Jam dinding telah menunjukkan pukul setengah lima subuh.
Dengan kesadaran yang masih belum terkumpul sempurna, ku mantapkan niatku bersiap siap untuk sekolah.
Kini sudah pukul lima lewat dua. Aku melahap nasi gorengku di meja makan seraya memanggil sosok yang tadi malam baru saja sampai dirumah.