“Kalau kamu nggak mengijinkan saya kawin lagi, berarti kamu menyuruh saya berzinah!” hardik Gulam, lantas pergi sambil menendang pintu kamar.
Di rumah, Emilia hanyalah sekadar patung bernyawa.
Di kantor, Emilia adalah perempuan mungil murah senyum dan lembut hati yang selalu didoakan Sita, Sephia dan Mety agar tabah lahir batin.
Doa seorang sahabat, apalagi tiga, memang mudah terkabul. Buktinya, Emilia punya ketabahan luar biasa. Bahkan ketika Gulam menjadikan Yeni karyawan kios miliknya, Emilia tetap tabah. Begitu pula ketika Gulam mengijinkan Yeni menginap dan kemudian tinggal di kios, Emilia seperti tak ambil pusing. Padahal, setiap malam Gulam selalu turun ke kios, katanya sih cuman chatting, sampai subuh.
Kalau Emilia bisa tetap tabah dan mampu bertahan, tentu bukan karena dirinya benar-benar sebuah patung bernyawa. Tapi, barangkali karena Emilia tak ingin mengecewakan Iqbal, juga tak mau kepahitan hidupnya membuat ketiga sahabatnya takut bahkan memutuskan tidak menikah. Setidaknya, Emilia mampu bertahan karena ada yang dipertaruhkan: kebahagiaan hidup Iqbal dan ketiga sahabatnya. Sebab, sejak makan malam jahanam itu, Emilia terlanjur menganggap kebahagiaan hidupnya sudah tamat.
● 27 hari kepergian Femilia, putri kesayangan sekeluarga, 13/02/1975 – 23/06/2006
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H