Mohon tunggu...
Harry Ramdhani
Harry Ramdhani Mohon Tunggu... Teknisi - Immaterial Worker

sedang berusaha agar namanya di (((kata pengantar))) skripsi orang lain. | think globally act comedy | @_HarRam

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

(Bahaya) Demokrasi Kita sebagai Warga

26 Agustus 2018   03:21 Diperbarui: 17 Oktober 2021   04:19 676
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Empat periode, brok!!! 

Entah mesti bagaimana aku menyikapinya? Gopah lagi-lagi terpilih jadi Ketua RT pada periode ke-4 setelah pemilihan-yang-bukan-pemilihan itu. Tidak ada calon lain. Hari itu juga (25/08) Gopah sebagai petahana dikukuhkan untuk ke-4 kalinya.

Sebenarnya masa jabatan Gopah selesai pada bulan Mei 2018, tapi Kepala Desa menambahnya beberapa bulan lagi karena Pilkada Serentak. Gopah dapat SK lagi untuk meneruskannya hingga Pilkada Serentak diselesaikan, baru mulai diadakan pemilihan Ketua RT baru.

Pilkada Serentak usai. Gopah mengumpulkan warga untuk membentuk panitia pemilihan RT pada 28 Juli 2018. Sejak hari itu, panitia pemilihan terbentuk, besoknya langsung bekerja. Setiap blok di ketua satu koordinator untuk memberikan calon. Siapa saja dan berapa saja. Hasilnya: hanya nama Gopah!

Pada hari pemilihan semua warga diundang. Mereka berkumpul di aula Perpustakaan Teras Baca. Seperti biasa, sudah menjadi tradisi RT kami, setiap kumpul-kumpul yha makan-makan. Hidangan disiapkan. Gomah yang memasak. Daging (jatah) kurban Gomah masak semua. Dibikin rendang.

Warga mulai berdatangan. Satu-per-satu mengisi daftar hadir. Dengan satu tenda yang cukup besar, lama-lama kursi itu penuh. Sekitar pukul 9 pagi (25/08) sidang paripurna dimulai. Gopah melaporkan semua yang telah ia lakukan 5 tahun ke belakang. Termasuk keuangan. Laporan diterima dengan tepuk tangan dari para warga.

Karena hanya ada satu Calon Tunggal, akhirnya Gopah meminta warga untuk berdiskusi bersama. Telah datang sesepuh RT, perwakilan pihak RW, tapi sayang pihak Kelurahan tidak hadir. Entah kenapa. Setiap kali diundang, selalu berhalangan. Cih!

Acara dibuka dengan laporan Ketua Paemilihan RT oleh Pak Haji Syafi'i. Dulu beliau pernah menjabat juga sebagai Ketua RT --satu periode-- dan Gopah yang menjadi Sekretarisnya. Ia menjelaskan mekanisme pemilihan dan (kembali) menegaskan: tidak ada calon lain selain Gopah. Kata-kata itu, seingatku, diulang sampai 3 kali. Dan ditutup dengan sebuah kalimat: bagaimana kalau langsung pengukuhan?

Warga lain bersorak. Bertepuk tangan. Dan kebanyakan berteriak "SETUJUUUUU!!!"

Gopah bangun dari kursi yang ada di paling depan. Membalikan badan.

"Tunggu duluuuuuu..., tunggu... diskusinya mana?"

"Gak..., gak usah!!!" kata warga lainnya.

Dari atas panggung, Pak Haji Syafi'i menengahi. Ia menerima usulan Gopah dan memanggil satu perwakilan dari pihak RW. Pak Edi, namanya. Beliau ini eks-wartawan dari... aku lupa nama medianya. Yang jelas aku dulu pernah bersinggungan dengan beliau ketika masih (diminta) mengisi konten-konten blog Masjid dekat rumah.

Pak Edi maju ke depan. Ia menyampaikan pandangannya. Karena mungkin sadar akan posisinya yang tidak begitu memengaruhi hasil, ia memberi tawaran kepada warga RT kami.

"Sebenarnya sudah sejak lama, saya ini sudah kenal dekat dengan Pak RT (Gopah, maksudnya), aktif di semua kegiatan baik itu lingkup RW sampai masjid. Niat saya datang ke sini adalah untuk mempromosikan Pak RT sebagai calon Ketua RW. Dan itu harapan saya sejak dulu dan sampai sekarang belum kesampaian," katanya di hadapan para warga kami.

Namun sayang, respon warga kami dari dulu selalu sama: menolak!

Selain warga, Gopah juga tidak ingin sebenarnya. Jadi Ketua RW itu ribet!

Setelah mendengan pandangan dari pihak RW, kini giliran dari sesepuh RT kami. Haji Natsir, namanya. Nah, beliau ini yang dulu meminta saya mengisi konten-konten di masjid yang kemudian sempat membuat aku secara pribadi, dulu, tidak akur dengan beliau. Bagaimana tidak, tulisan yang pernah aku buat, diturunkan dan dihapus tanpa seizin dan sepengatahuan aku sendiri.

Tapi itu dulu. Aku bukanlah pendendam. Hubungan kami kini baik-baik saja. Pak Haji Natsir maju ke depan. Memberikan pandangannya terhadap fenomena yang teradi di RT kami yang tidak memiliki regenerasi kepemimpinan. Ia membuka dengan sebuah hukum fiqh. Entah apa, aku tidak paham. Intinya: dalam sebuah daerah, sebenarnya wajib dipimpin; memiliki pemimpin.

Ia sendiri tidak menspesifikkan pemimpin seperi apa dan bagaimana aturannya. Yha. Memang tidak ada aturan untuk jabatan masa Ketua RT. Sebelum pemilihan aku memang sengaja mencari itu. Penasaran saja. Dan ini yang aku dapat:

Secara umum, pengaturan tugas, fungsi, dan kewajiban RT dapat dilihat dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 18 Tahun 2018 tentang Lembaga Kemasyarakatan Desa dan Lembaga Adat Desa ("Permendagri 18/2018").

Singkatnya saja: Ketua RT memegang jabatan selama 5 (lima) tahun dan bisa menjabat paling banyak 2 (dua) kali masa jabatan, baik berturut-turut ataupun tidak. Tetapi, karena Ketua RT posisinya adalah mitra Pemerintah Desa dan dipilih berdasarkan musyawarah warga, sehingga bisa dicari solusi sendiri menurut hasil musyawarah tersebut.

Kembali pada pandangan Pak Haji Natsir, ia pun mengarah pada apa yang terlebih dulu disampaikan oleh Pak Edi: jika memang warga berkendak untuk Gopah meneruskan masa jabatannya, maka jalankan. Gopah maju ke depan. Meminjam mic dari Pak Syafi'i. Tanpa diminta, Gopah memotong. Begitulah Gopah.

Gopah menceritakan kalau sudah ada dua RT yang telah melakukan pemilihan dan ada regenerasi. RT 03 dan RT 08, itu anak muda yang sedikit tua jadi Ketua RT baru, kata Gopah.

"Demokrasi hanya berjalan kalau disertai rasa tanggung jawab. Tidak ada demokrasi tanpa tanggung jawab. Dan, demokrasi yang melewati batasnya dan meluap menjadi anarki akan menemui ajalnya dan digantikan sementara waktu oleh diktator."
Mohammad Hatta, Demokrasi Kita: Idealisme dan Realitas Serta Unsur yang memperkuatnya

Sepertinya baru saat-saat seperti ini warga tidak patuh terhadap "pemimpinnya". Semua menolak, bagaimanapun Gopah memberi alasan dan argumen. Tapi itu semua terjadi dengan cair. Penuh canda dan tawa. Tidak ada saling bersitegang.

Gopah, Pak Haji Natsir dan Pak Edi diminta turun dari panggung. Pak Syafi'i mengusulkan pandangan lain dari warga. Dua orang dipilih, Pak Fauzi --satu di antara beberapa nama yang pernah Gopah usulkan untuk meneruskan jabatan Ketua RT-- dan perwakilan dari Emak-emak. Pak Fauzi tidak banyak berbicara. Ia langsungkan pada poin terpentingnya.

"Sebenarnya Pak RT, kami memang tidak ada pilihan lain. Dan kalaupun benar Pak RT nanti dipromosikan menjadi Ketua RW, kami, saya khususnya, akan sangat senang. Karena kami percaya. Tapi, sebelum pemilihan Ketua RW berlangsung, biarlah Pak RT meneruskan jabatannya di sini. Nah, selama proses itu berjalan, biar kami-kami ini yang menyiapkan diri untuk kelak bisa meneruskan apa yang Pak RT pernah lakukan di sini," ucapnya dengan penuh yakin dan diikuti tepuk tangan.

Dan apa yang disampaikan oleh Ibu Wirawati yang mewakili suara Emak-emak tidak jauh berbeda dengan Pak Fauzi. Biarkan yang muda-muda ini berproses sambil Pak RT membimbing untuk bisa meneruskan.

Dan inilah hasil yang disepakati: Gopah kembali menjabat sebagai Ketua RT untuk periode ke-4 dan Gopah diberi kewenangan, hak prerogatif, untuk menunjuk satu orang warga untuk menggantikannya jika ia terpilih sebagai Ketua RW.

Di belakang panggung aku hanya bisa diam dan Gomah menggerutu entah apa.

Pada sambutan pertamanya setelah dikukuhkan, kalimat pembuka Gopah, "ini musibah, bagi kita, bagi saya... innalilahiwainailahhirojiun,"

Sebelum menyelesaikan sambutannya, Gopah turun panggung dan mengambil sebuah amplop cokelat dari mejanya. Ia mengajak Pak Edi untuk turut serta naik ke panggung.

"Sebelum itu, saya mau memberikan kenangan-kenangan untuk Ketua RW," kata Gopah. "Mohon diterima amplop ini, Pak Toto, sampaikan pada Ketua RW, cukup simpan isi amplop ini. Tidak perlu diaplikasikan. Ini surat dari saya, khusus untuk Ketua RW."

Pak Toto menerima dan mereka berpelukan. Erat dan hangat. Aku sendiri tidak tahu apa isinya dan memang tidak ada yang tahu selain Gopah. Yang aku tahu hanyalah pada satu malam Gopah menulis tangan di sebuah kertas HVS. Sangat panjang dengan tulisan tangan yang khas.

Dan pada momen itu aku jadi ingat di mana Gopah menjabat sebagai Ketua RT untuk pertama kali. Di mana itu yang akhirnya membuat Gopah menjadi Ketua RT selama 4 periode ini.

***

Umurku baru 12 tahun. Seingatku, itu masa di mana aku akan mengikuti ujian kelulusan SD. Malam minggu. RT kami mengadakan pemilihan Ketua RT. Warga berkumpul di depan rumah. Satu blok ditutup. Dulu aku tidak tahu apa-apa selain acara makan-makan biasa.

Namun, bapak-bapak dan ibu-ibu yang lain ramai dengan urusan mereka. Aku dan teman-teman hanya duduk-duduk agak jauh di belakang. Malah condong di pinggir got. Malam makin larut. Warga bersorak. Gopah dikukuhkan sebagai Ketua RT baru.

Mereka memberi selamat kepada Gopah dan Gomah. Dan aku yang duduk-duduk di pinggir got diejek karena Gopah menjadi Ketua RT. Dulu, itu jabatan yang menjadi lucu-lucuan saja --dan sampai sekarang masih nampaknya. Saking berlebihannya aku diejek, aku sampai tercebur ke got. Malunya menjadi dobel: (1) karena Gopah terpilih sebagai Ketua RT dan (2) tercebur ke got.

Besoknya Pak Syafi'i, mantan Ketua RT, mengantarkan papan bertuliskan "Ketua RT 12/RW 14 - Kecamatan/Kelurahan Bojonggede, Bogor".

Dan sampai hari ini papan itu masih tergantung di teras rumah sejak 15 tahun yang lalu. Tidak ada yang berubah selain posisinya. Entah sampai kapan papan itu ada di rumah. Inilah demokrasi kita sebagai warga --yang hanya bisa menerima atas suara kehendak mayoritas.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun